BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – keras, seolah-olah kepala bagian itu bergerak-gerak dan kepalanya menjadi pening. Ia hanya berkata perlahan sambil menunduk.
“Teecu tidak dapat menceritakan itu….”
Tiba-tiba Sin Lian mencela dengan suara keras dan nyaring, “Sute (Adik Seperguruan)! Engkau ini murid macam apa? Sudah tahu akan kewajiban murid, akan tetapi pada kesempatan pertama kau telah tidak mentaati perintah guru!”
Han Han makin marah. Bocah ini benar-benar cerewet sekali, dan ia merasa terdesak. Ia mengangkat mukanya memandang Sin Lian.
Melihat betapa anak perempuan yang lebih muda daripadanya akan tetapi telah menjadi kakak seperguruannya itu juga memandang kepadanya dengan sinar mata aneh, seperti orang terpesona, terbelalak keheranan.
Dengan hati marah Han Han memandang dan di dalam hatinya ia memaki.
“Kau bocah cerewet! Kau seperti seekor monyet yang menari-nari!”
Mendadak terjadi hal yang amat aneh. Sin Lian tiba-tiba meloncat mundur dan menggerakkan kaki tangannya menari-nari, mulutnya berbisik-bisik.
“Aku seekor monyet…. menari-nari….! Aku seekor monyet yang menari-nari….!” Dan ia menari-nari dengan gerakan lucu, seolah-olah ia meniru gerakan monyet!
Lauw-pangcu tadinya mengira bahwa Sin Lian yang memang biasanya nakal itu sengaja hendak memperolok-olok dan mempermainkan Han Han, maka dengan bengis ia membentak puterinya yang manja itu.
“Sin Lian! Hentikan itu!”
Akan tetapi, puterinya yang biarpun manja namun selalu mentaati per intahnya itu, masih saja berjoget, secara aneh dan lucu sambil terus berbisik, “Aku seekor monyet menari-nari…. seekor monyet menari-nari….”
Terkejutlah Lauw-pangcu! Ia menoleh dan memandang kepada Han Han dan mukanya berubah pucat, matanya terbelalak. Ia melihat betapa sepasang mata anak ini menyinarkan cahaya yang amat aneh.
Manik mata yang hitam itu seperti mengeluarkan api, demikian tajamnya seperti menembus otak, membuat ia tidak mampu menggerakkan bola mata, membuat ia terpaksa memandang sepasang mata itu.
Seperti melekat, seperti tertarik besi sembrani! Ia mengerahkan sin-kang, berusaha melawan, namun terdengarlah suara Han Han, padahal anak itu tidak menggerakkan bibir, terdengar suaranya penuh wibawa, penuh pengaruh luar biasa.
“Suhu sudah tua, tidak perlu merisaukan suci yang nakal. Lebih baik suhu mengaso dan tidur daripada menjengkelkan kelakuan suci….”
Terjadi keanehan ke dua. Kakek itu menguap dan mulutnya berkata lirih, “Auhhh, aku sudah tua…. ingin mengaso dan tidur….” Lalu kakek itu pun merebahkan kepala di atas meja, berbantal lengan dan tidur!
Han Han melongo saking herannya. Ia menoleh kepada Sin Lian yang masih terus menari-nari sambil berbisik-bisik, “Aku seekor monyet yang menari-nari…. seekor monyet….”
Ketika ia menoleh pula memandang gurunya, kakek itu masih tidur nyenyak! Melihat ini, Han Han makin bingung. Tadi ia mengira bahwa Sin Lian hanya mempermainkannya dan menari-nari untuk mengejeknya.
Maka ketika memandang gurunya, ia merasa kasihan dan hatinya menghibur gurunya agar supaya jangan jengkel dan supaya guru yang tua itu mengaso dan tidur daripada mempedulikan Sin Lian…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader



