BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – untuk mewarisi semua ilmuku, Han Han.” “Akan tetapi, locianpwe, aku tidak ingin belajar silat.”
“Coba sajalah. Dan pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Kalau kau sudah mengenal seluk-beluk ilmu itu, kau tentu akan suka sekali.
Sementara ini, biarlah engkau akan menerima menjadi muridku dan coba belajar, hitung-hitung untuk membalas budi kepadaku. Bagaimana?”
Kakek itu memang cerdik. Ia telah mengenal bahwa bocah ini memiliki watak yang aneh dan keras luar biasa, memiliki kemauan yang tak terpatahkan, tidak dapat dipaksa dan mengenal budi.
Karena itu, ia sengaja mengemukakan tentang balas budi untuk mengikat dan memaksa. Dan memang usahanya berhasil, Han Han terjebak.
Anak ini sudah mempelajari kitab tentang budi pekerti sampai mendarah daging, di mana diajarkan bahwa setiap budi yang dilepas orang harus dibalas berlipat ganda.
Sebaiknya budi sendiri yang dicurahkan kepada orang lain harus dianggap sebagai kewajiban dan segera dilupakan.
“Baik, locianpwe.”
“Bagus, Han Han. Sekarang engkau telah menjadi muridku. Aku adalah gurumu dan Sin Lian ini adalah sucimu (Kakak Seperguruan), biarpun dia lebih muda darimu.”
“Baik, suhu, teecu (murid) mengerti.”
Makin kagum hati kakek itu dan timbul persangkaannya bahwa anak ini tentu bukan keturunan orang biasa ketika mendengar Han Han menyebut dia suhu dan diri sendiri teecu.
Kemudian betapa anak itu berlutut di depannya dan paikwi (menyembah) sampai delapan kali. Ia mengangkat bangun muridnya itu dan berkata.
“Han Han, muridku yang baik. Sebagai seorang murid, pertama-tama engkau harus mengerti apa yang menjadi kewajiban utama seorang murid?”
“Teecu mengerti. Harus taat dan berdisiplin. Taat terhadap segala perintah suhu, dan berdisiplin dalam memegang tugas, kemudian harus setia dan berbakti terhadap guru.”
Kalau tadi Lauw-pangcu hanya kagum saja, kini ia terheran-heran dan tercengang.
“Sin Lian, dengar baik-baik omongan sutemu (Adik Seperguruan) ini! Engkau dapat belajar banyak dari dia! Han Han, pendapatmu tadi tepat sekali.
Nah, sekarang sebagai perintah pertama dari suhumu, kau ceritakanlah pengalamanmu, siapa orang tuamu dan bagaimana engkau sampai menjadi seorang anak terlunta-lunta dan hidup seorang diri.”
Han Han terkejut mendengar pertanyaan ini. Ia sudah mengambil keputusan ketika ia meninggalkan rumah orang tuanya yang terbakar, di mana terdapat mayat ayah bundanya, untuk menyimpan rahasia tentang dirinya.
Untuk melupakan penglihatan itu dan hanya mengingat wajah tujuh orang perwira Mancu, terutama wajah Si Brewok dan Si Muka Kuning.
Kini orang yang menjadi gurunya secara terpaksa ini pertama kali mengharuskan dia menceritakan pengalaman dan riwayatnya!
Ia menundukkan mukanya, dan begitu rasa penasaran dan sakit hati timbul karena pertanyaan itu mengingatkan ia akan semua malapetaka yang menimpa keluarganya, mendadak ada rasa aneh sekali di kepalanya.
Kepalanya sebelah belakang kanan yang dahulu terbanting pada dinding ketika ia dilemparkan panglima muka kuning, kini berdenyutan…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader



