BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Sin Lian tidak diberi kesempatan membalas serangan-serangannya, karena tambang itu menyerang terus-menerus, membuat ia harus menggunakan gin-kang dan berloncatan ke sana ke mari.
“Monyet cilik! Monyet curang! Jangan pakai tambang kalau berani!” Sin Lian memaki kalang-kabut karena ia benar-benar terdesak dan tidak sempat membalas sama sekali, bahkan pahanya telah kena dipecut satu kali sehingga terasa pedas dan panas.
Ouwyang Seng tertawa bergelak. Ia kini tahu bahwa biarpun memiliki kegesitan luar biasa, anak perempuan ini masih bukan merupakan lawan berat baginya. Maka ia lalu membuang tambang itu dan berkata.
“Majulah kalau ingin merasakan kaki dan tangan yang sakti!”
Melihat pemuda cilik itu sudah membuang tambangnya, Sin Lian menjadi girang dan cepat ia menerjang maju dengan kaki tangannya yang gesit.
Namun dengan mudah Ouwyang Seng menangkis sambil mengerahkan tenaga, membuat Sin Lian meringis kesakitan. Ouwyang Seng tertawa lagi, lalu mendesak dengan pukulan aneh.
Sin Lian berseru kaget, terhuyung mundur dan tiba-tiba lututnya kena ditendang Ouwyang Seng sehingga ia roboh terguling.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan tahu-tahu Han Han telah melompat dan menubruk Ouwyang Seng dari belakang.
Mulutnya mencela, “Laki-laki apa, menerjang perempuan!” Kedua lengannya merangkul leher dengan sekuat tenaga, kedua kakinya mengait pinggang!
Ouwyang Seng terkejut, meronta-ronta. Akan tetapi biarpun tidak pandai silat, Han Han pada dasarnya memang memiliki tenaga besar.
Apalagi ia mempunyai kelebihan, yaitu nyali dan kenekatan. Biarpun Ouwyang Seng mengobat-abitkannya, ia tetap tidak mau melepaskan rangkulan lengan dan kempitan kakinya, seperti seekor lintah yang kelaparan menempel pada daging gemuk.
“Lepaskan….! Lepaskan, kau jembel busuk…. lepaskan….!” Akan tetapi Han Han tidak mau melepaskannya, bahkan menggunakan tangannya untuk mencekik leher!
Penduduk dusun yang menghampiri dan menonton perkelahian ini, tidak berani mencampuri, hanya memandang terheran-heran.
Orang-orang tidak ada yang berani melawan Ouwyang-kongcu, kini seorang anak perempuan dan seorang pengemis cilik berani menghinanya, memakinya, dan melawannya.
Ouwyang Seng yang meronta-ronta akhirnya roboh, membawa tubuh Han Han bersama-sama. Mereka bergulingan di atas tanah, bergelut.
Namun tetap Han Han tidak mau melepaskan kaki tangannya. Ouwyang Seng mendapat akal, ia lalu menangkap tangan Han Han dan menekuk jari telunjuknya.
Bukan main nyerinya rasa telunjuk itu, sampai terasa menusuk di ulu hatinya. Han Han marah lalu…. menggigit pundak Ouwyang Seng sekuat tenaga.
“Ouwwuw…. aduh…. aduh…. mati aku, aduhhh….!” Ouwyang Seng menjerit-jerit, pundaknya berdarah dan akhirnya ia menangis berkaok-kaok, melolong-lolong sambil meronta-ronta.
Penduduk dusun yang melihat ini menjadi khawatir. Takut kalau terbawa-bawa, maka mereka lalu memburu dan cepat melerai, menarik Han Han…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader