BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ketika kakek yang membawa Han Han muncul, suara tertawa-tawa itu berhenti, akan tetapi tak seorang pun menegurnya. Yang berlatih masih tetap berlatih, namun kini lebih tekun dan serius.
Kemudian terdengar kakek itu berkata.
“Latihan gin-kang ini bukan untuk main-main. Tanpa ketekunan kalian takkan mendapat kemajuan. Panggil Sin Lian!”
Han Han melihat betapa semua pengemis yang berada di situ amat menghormat dan taat kepada kakek ini. Agaknya kakek inilah ketua mereka!
Akan tetapi mengapa mereka itu seperti acuh tak acuh atas kedatangan kakek itu? Mengapa tidak ada yang memberi hormat? Sungguh mengherankan.
Sementara itu, seorang pengemis tua yang tadi berlari-lari untuk memenuhi perintah kakek ini, datang bersama seorang anak perempuan yang juga berlarian dan dari jauh sudah memanggil.
“Ayah….!” Anak itu menghampiri ayahnya dan memeluk pinggang kakek itu. Si kakek mengelus-elus rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.
Kembali Han Han tercengang. Kakek ini sudah amat tua, sedikitnya tentu enam puluh tujuh tahun usianya, akan tetapi anaknya baru berusia paling banyak sembilan tahun!
Juga keadaan anak itu amat mencolok, cantik mungil dan pakaiannya indah bersih, wajahnya berseri-seri matanya kocak gembira.
Kehadirannya di antara para jembel itu benar-benar merupakan seekor burung murai di antara sekumpulan gagak!
“Lian-ji (Anak Lian), mengapa kau tidak ikut latihan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) dengan para Pamanmu?” Suara dalam pertanyaan ini halus dan penuh kasih sayang, namun mengandung teguran.
“Aku pergi ke hutan, Ayah. Bunga mawar sedang bersemi, indah sekali.”
“Hemmm, ada waktunya berlatih, ada pula waktunya bersenang. Jangan campur aduk. Coba kauperlihatkan latihanmu!”
Anak perempuan itu tertawa dengan sikap manja, lalu melepaskan ayahnya dan menghampiri tepi kolam. Yang berlatih telah mendarat.
Mereka semua kelihatan gembira, memandang ke arah gadis cilik itu, dan jelas tampak betapa mereka semua menyayang anak yang bernama Sin Lian ini.
Bahkan kini tidak ada lagi yang berlatih, memberi kesempatan kepada anak itu untuk berlatih seorang diri sehingga tidak mengganggu.
“Heiiittttt….!” Anak itu mengeluarkan seruan keras dan nyaring. Tubuhnya lalu meloncat ke tengah kolam, melambung agak tinggi kemudian di udara ia berjungkir-balik sampai dua kali, baru tubuhnya turun dan kakinya hinggap di atas sebuah teratai kayu.
Indah bukan main loncatan tadi dan terdengar seruan-seruan, “Bagus….!”
Han Han melongo. Apa yang disaksikannya itu terlalu aneh dan indah. Kagum ia melihat betapa anak perempuan itu kini berdiri di atas teratai kayu yang bergerak-gerak timbul tenggelam dan bergoyang-goyang.
Namun tubuh anak itu sedikit pun tidak bergoyang, bahkan terdengar lagi seruannya, “Heeiiittitt!” dan tubuhnya sudah mencelat ke atas lagi, lalu hinggap di atas teratai kayu yang lainnya.
Demikianlah, bagaikan seekor katak, anak itu berloncatan dari satu teratai ke lain teratai, makin lama makin cepat sehingga seakan-akan ia terbang di permukaan air.
Hanya benda-benda berbentuk teratai itu saja yang bergerak-gerak timbul tenggelam dan bergoyang-goyang……..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader