BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Setelah Suma Kiat jatuh sakit, maka tampaklah betapa Siangkoan Lee merupakan seorang yang pandai memimpin.
Semua urusan berada di tangannya dan semua anak buah In-kok-san yang telah dikumpulkan untuk menyenangkan hati gurunya, amat tunduk dan setia kepadanya.
Juga ilmu kepandaian Siangkoan Lee menjadi hebat. Boleh dibilang seluruh ilmu gerakan telah dia kuasai, dan biarpun dibandingkan dengan Bu Ci Goat dia masih kalah setingkat, namun pada waktu itu, Siangkoan Lee telah menjadi seorang yang sukar dicari lawannya.
Munculnya Suma Hoat menimbulkan gairah cinta lama di hati Bu Ci Goat.
Biarpun wanita ini secara diam-diam telah memuaskan nafsunya dengan pelayan-pelayan pria yang menjadi anak buah In-kok-san, namun begitu melihat Suma Hoat, timbul kembali cintanya.
Maka dia lalu melakukan pengejaran dan berhasil menemukan Im-yang Seng-cu dan Suma Hoat, bahkan dia lalu menawarkan diri untuk merawat anak tiri yang pernah menjadi kekasihnya itu.
Akan tetapi, dia segera mengalami kekecewaan. Suma Hoat telah berubah banyak sekali. Suma Hoat telah menjadi seorang yang sama sekali tidak mempedulikan bujuk rayunya, bahkan dengan suara dingin bekas Jai-hwa-sian ini berkata,
“Bu Ci Goat, harap kau jangan menimbulkan lagi persoalan hanya untuk melampiaskan nafsu-nafsumu. Hal pertama kali yang merenggangkan aku dengan Ayah adalah akibat perbuatanmu.
Ketahuilah, pada saat ini, di dunia ini hanya ada seorang saja wanita yang kucinta, dan aku telah bersumpah tidak akan menyentuh wanita lain kecuali dia!
Aku tidak dapat melayani hasratmu, dan engkau hendak merawatku atau tidak setelah penolakanku ini terserah kepadamu!”
Tentu saja Bu Ci Goat merasa malu sekali dan mundur teratur. Akan tetapi, demi kasih sayangnya kepada Suma Hoat dia masih menyuruh beberapa orang anak buahnya merawat dan memenuhi kebutuhan anak tirinya itu.
Kemudian, untuk memenuhi kebutuhan nafsu berahinya yang selalu mendesak, mulailah dia menggoda Siangkoan Lee yang biarpun rupanya buruk seperti seekor kuda.
Akan tetapi merupakan laki-laki yang tidak pernah bermain gila dengan wanita sehingga keadaannya itu membangkitkan berahi Bu Ci Goat yang merasa penasaran apakah dia tidak akan dapat menjatuhkan hati pria yang berhati teguh ini!
Dan dia berhasil. Akan tetapi, karena memandang rendah Suma Kiat yang sedang rebah dan sakit, dua orang ini kurang hati-hati dan mereka berani mengadakan pectemuan di dalam kamar Bu Ci Goat yang hanya berpisah dinding dengan kamar Suma Kiat.
Pada suatu hari, masih siang, kedua orang yang mabuk nafsu itu sedang berada di dalam kamar, tidak tahu sama sekali bahwa
Suma Kiat mendengar suara mereka, turun dari pembaringan dan menghampiri pintu kamar Bu Ci Goat.
“Ci Goat….!”
Suma Kiat mendorong pintu, terbuka, dan memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak ke atas tempat tidur Bu Ci Goat di mana selirnya dan muridnya.
Dua orang yang paling dicinta dan dipercaya, terbelalak penuh rasa kaget memandang kepadanya, kehabisan akal!
Tiba-tiba Suma Kiat mengeluh, menekan dada kiri dengan tangan kanan, menyemburkan darah dari mulutnya, tubuhnya tergelimpang dan robohlah kakek ini ke atas lantai!
Serangan batin yang hebat ini tidak tertahan oleh tubuh yang lemah itu. Suma Kiat roboh pingsan dan tidak sadar kembali.
Setelah jenazahnya dimasukkan peti mati dan dilakukan upacara sembahyang, Bu Ci Goat dan Siangkoan Lee yang berkabung, menangis sedih di depan peti mati……..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader