BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Adapun Suma Hoat sendiri, yang masih amat lemah tubuhnya, diantar oleh Im-yang Seng-cu.
Seperti telah diceritakan di bagian depan, Suma Kiat bekas panglima besar yang menjadi buronan karena persekutuan dengan pihak Yucen itu, melarikan diri bersama selirnya yang tercinta.
Bu Ci Goat dan muridnya yang setia, Siangkoan Lee, menuju ke Tai-hang-san. Di puncak In-kok-san yang indah, mereka mendirikan rumah dan hidup cukup mewah karena ketika pergi, mereka tidak lupa membawa banyak harta benda.
Suma Kiat sudah tua sekali, akan tetapi masih mendelik marah ketika Im-yang Seng-cu membawa Suma Hoat menghadap.
“Aku tidak mempunyai anak bernama Suma Hoat!” bentaknya.
“Im-yang Seng-cu, kalau tidak mengingat mendiang gurumu, Tee Cu Cinjin yang menjadi sahabatku, tentu engkau sudah kubunuh sekarang juga, berani lancang membawa manusia ini menghadapku!”
Mendengar ucapan ayahnya itu, Suma Hoat yang masih lemah itu merasa berduka sekali, akan tetapi dia tetap berlutut dan tidak berkata apa-apa.
Sebaliknya Im-yang Seng-cu menjadi penasaran. Dia sudah mengenal baik Suma Kiat yang dahulu menjadi sahabat suhunya, bahkan dahulu di waktu dia masih kecil.
Kalau Suma Kiat mengunjungi gurunya, Suma Kiat bersikap baik kepadanya dan memperlihatkan rasa sayang besar. Akan tetapi dia pun maklum siapa adanya Suma Kiat.
Seorang yang selalu haus akan kedudukan dan kemuliaan, seorang yang tidak segan-segan melakukan kekejaman apa pun demi tercapainya cita-citanya mengejar kemuliaan.
“Suma-locianpwe,” katanya dengan berani. “Suma Hoat adalah putera tunggalmu, sekarang sedang menderita luka parah dan perlu perawatan khusus. Saya tidak percaya bahwa Locianpwe akan tega membiarkannya menghadapi ancaman maut.
Andaikata dia telah melakukan kesalahan-kesalahan terhadap Locianpwe, saya mohon sudilah kiranya memaafkan putera sendiri.”
“Tutup mulut! Sudah kukatakan bahwa aku tidak mempunyai anak yang bernama Suma Hoat! Im-yang Seng-cu, aku dahulu menyayangmu di waktu engkau kecil karena engkau seorang anak baik yang tidak pernah menentangku.
Akan tetapi kalau sekarang engkau hendak menentangku, terpaksa aku akan menggunakan kekerasan mengusirmu dari sini!”
Tiba-tiba terdengar suara tertawa melengking nyaring disusul suara seorang wanita, “Bagus sekali, dasar manusia jahat seperti iblis, anak sendiri pun dikutuknya!”
“Maya….!” Tiba-tiba Suma Hoat yang berlutut dan berusaha melompat akan tetapi roboh kembali karena tubuhnya masih lemah dan pukulan batin mendengar ucapan ayahnya tadi benar-benar membuat hatinya makin remuk.
Im-yang Seng-cu cepat memeluknya dan dengan mata terbelalak melihat betapa ada bayangan didahului sinar berkelebat menyambar ke arah tubuh Suma Kiat!
Kakek yang masih lihai sekali ini sudah mencabut pedangnya menangkis. Terdengar suara keras dan pedang di tangan Suma Kiat patah, tubuhnya roboh dan kembali bayangan itu berkelebat keluar.
“Keparat, hendak lari ke mana?” Siangkoan Lee dan Bu Ci Goat melonjak…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader