BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Sampai ada orang tahu tempat tinggal Bi Kiok kalau-kalau ada yang melihat dan membayanginya.
Karena perjalanan yang memutar ini, setelah tiga bulan barulah dia tiba di kaki Pegunungan Ta-pa-san, memasuki kota Han-tiong dan mencari kekasihnya.
Akan tetapi hasilnya sia-sia. Keluarga Kwa Liok tidak berada di kota itu. Dia sudah mencari ke sekeliling kota, sudah bertanya-tanya, akan tetapi tidak ada orang yang tahu akan rombongan tiga orang itu!
Akhirnya Suma Hoat bertemu dengan Im-yang Seng-cu, sahabat lamanya yang tinggal di dalam pondok kecil di sebuah hutan di luar kota Han-tiong.
“Aihhh, Jai-hwa-sian, angin apa yang membawamu ke sini?” Im-yang Seng-cu cepat menyambut sahabatnya itu dan menegur gembira.
Dengan singkat Suma Hoat lalu menceritakan tentang pilihan hatinya yang baru tentang Bi Kiok dan orang tuanya yang disuruh melarikan diri ke Han-tiong karena dia dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya.
“Sudah lebih dari tiga bulan mereka pergi, mestinya sudah berada di Han-tiong, akan tetapi kucari-cari mereka di sini tidak ada, bahkan agaknya tidak pernah datang ke Han-tiong. Jangan-jangan ada halangan di jalan….”
Suma Hoat kelihatan gelisah sekali memikirkan kekasihnya.
Im-yang Seng-cu memandang heran. “Sahabatku, tidak kelirukah pendengaranku dan penglihatanku bahwa agaknya engkau amat memperhatikan wanita yang kaucari ini?”
“Memperhatikan? Im-yang Seng-cu, aku mencintanya! Mencinta dengan seluruh tubuh dan nyawa!”
aku! Di waktu muda belia saja tidak pernah mengenal cinta, apalagi setelah kini rambutmu mulai ada ubannya!”
“Sungguh aku tidak main-main. Aku telah menemukan cintaku, Im-yang Seng-cu. Dia adalah wanita satu-satunya yang sampai kini berhasil merebut kasihku, menghentikan semua petualanganku, dan…. dan dia sudah mengandung.”
“Dia isteriku, dan aku harus dapat menemukan dia….! Ahhh, jangan-jangan dia tertimpa halangan. Aku harus pergi sekarang juga!” Jai-hwa-sian akan meloncat bangkit dengan wajah keruh dan penuh kekhawatiran.
“Eh-eh, ke mana, sahabatku?”
“Aku harus mencarinya. Dia dan ayah bundanya berangkat dari Lok-yang menuju ke sini, aku akan menyelusuri jalan itu sampai ke Lok-yang. Sampai jumpa, sahabatku!”
Jai-hwa-sian meninggalkan Im-yang Seng-cu yang berdiri bengong di depan pondoknya, menggeleng kepala dan menarik napas panjang.
“Aihhh…. sungguh kasihan. Makin tua makin terlibat urusan hati sendiri!” Im-yang Seng-cu yang biasanya memang suka merantau, menjadi tidak kerasan di pondoknya.
Dan beberapa hari kemudian, Im-yang Seng-cu juga meninggalkan pondok dan mengambil jurusan ke Lok-yang karena dia merasa khawatir melihat sikap sahabatnya yang dianggapnya tidak seperti biasa.
Kedatangan kembali Suma Hoat ke Lok-yang sama dengan ular mencari penggebuk. Musuh-musuhnya masih berada di Lok-yang dan masih mencari-carinya di sekitar tempat itu.
Maka begitu dia memasuki daerah ini, di luar kota dia sudah bertemu dan dikepung belasan orang”
Kau? Mencinta? Ha-ha, Jai-hwa-sian, harap jangan mempermainkan…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader