BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Aku tidak mau lagi melakukan kejahatan itu. Dan hwesio tadi benar bahwa engkau dan ayah bundamu harus segera pergi dari sini, malam ini juga.
Bukan takut kepadaku, melainkan takut kepada orang-orang kang-ouw yang memusuhiku.
Kalau mereka tahu bahwa engkau telah menjadi kekasihku, menjadi isteriku, menjadi calon ibu anakku, tentu engkau akan terbawa-bawa, akan dimusuhinya pula.
Sebentar lagi pun mereka tentu akan menyerbu rumah ini. Bi Kiok, pergilah engkau.”
“Suma-koko…. aku mau mati di sampingmu….” Bi Kiok menangis.
“Suma-taihiap, bagaimanakah ini….?” Kwa Liok akhirnya berkata dengan bingung.
“Apa yang kalian dengar dari hwesio tadi benar semua. Malam ini juga, kalian bertiga harus pergi dari sini. Saudara Kwa, bawa Bi Kiok pergi dari kota ini. Bawalah pergi ke kota Han-tiong di lembah sungai di kaki Pegunungan Ta-pa-san.
Temui seorang tokoh kang-ouw bernama Im-yang Seng-cu, kautanya-tanya di sana tentu akan bertemu. Mintalah perlindungan kepadanya.
Dia sahabat baikku, tentu dia akan mellndungi Bi Kiok kalau membawa surat ini, sampai Bi Kiok melahirkan dan sebelum itu, aku akan berusaha untuk menyusul ke sana….”
Suma Hoat menyerahkan sepucuk surat dan sebuah pundi-pundi. “Ini adalah uang emas untuk bekal di perjalanan. Nah, berangkatlah….”
Kwa Liok hanya mengangguk-angguk tak mampu menjawab saking bingungnya. Dia dan isterinya lalu lari ke dalam kamar untuk berkemas, mempersiapkan barang yang kiranya dapat mereka bawa melarikan diri.
Akan tetapi Bi Kiok menubruk dan memeluk kekasihnya sambil menangis. Sampai ayah bundanya datang lagi mengajaknya, dia masih menangis.
Sehingga terpaksa Suma Hoat melepaskan pelukannya dan setengah diseret wanita itu dipaksa meninggalkan rumah di malam buta.
Suma Hoat berdiri dengan jantung berdebar, ingin lari menyusul wanita yang tangisnya masih terdengar olehnya, makin lama makin lirih itu.
Semangatnya seperti terbawa pergi, jantungnya seperti ditusuk-tusuk dan dia makin yakin bahwa dia benar-benar mencinta Bi Kiok!
Bukan cinta berahi, melainkan cinta seorang suami terhadap isterinya, cinta seorang pria terhadap wanita yang akan menjadi ibu anaknya!
Tiba-tiba ia sadar dari lamunan ketika mendengar gerakan orang. Dia meloncat keluar rumah dan di depan rumah itu telah terdapat belasan orang mengurung! Suma Hoat tersenyum mengejek, lalu berkata,
“Apa kalian sudah bosan hidup? Mau apa kalian mencari Jai-hwa-sian?”
“Jai-hwa-sian iblis jahat. Kalau belum membunuhmu, sampai dunia kiamat kami orang-orang kang-ouw akan selalu mencarimu!”
Suma Hoat tertawa melengking dan meloncat ke depan, disambut oleh belasan batang senjata yang mengeroyoknya. Terdengar suara senjata beradu keras sekali.
Suma Hoat mengamuk dan setelah merobohkan lima orang lawan, dia terpaksa melarikan diri karena para pengeroyoknya adalah orang-orang yang lihai ilmu silatnya, sedangkan malam hampir berganti pagi.
Dengan cepat dia melarikan diri ke luar dari kota Lok-yang, menuju ke utara untuk memancing mereka menjauhi arah yang ditempuh Bi Kiok dan ayah bundanya.
Setelah dapat membebaskan diri dari para pengejarnya, Suma Hoat mengambil jalan memutar menuju ke kota Han-tiong menyusul rombongan kekasihnya. Dia sengaja mengambil jalan jauh dan memutar agar jangan…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader