BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Melayang naik ke atas genteng, lima orang telah menghadapinya!
“Jai-hwa-sian, iblis keparat, serahkan nyawamu kepada kami!” seorang di antara mereka membentak.
Tanpa menanti jawaban, lima orang itu telah menerjang maju serentak dengan senjata mereka. Suma Hoat tidak ingin mengagetkan kekasihnya, juga tidak ingin kekasihnya tahu akan keadaan dirinya.
Maka dia hanya mengelak lalu melarikan diri untuk memancing musuh-musuhnya itu melakukan pengejaran.
Maka dia tidak berlari terlalu cepat sehingga musuh-musuhnya mampu menyusulnya keluar dari kota Lok-yang.
Akan tetapi yang mengejar Suma Hoat hanya empat orang, sedangkan orang ke lima, seorang hwesio, telah melayang turun dan memasuki rumah keluarga Kwa.
Kwa Liok telah bangun karena kaget mendengar suara berisik tadi, dan melihat seorang hwesio di situ, dia kaget dan heran sekali. Akan tetapi, hwesio yang berwajah tenang itu segera berkata,
“Harap engkau tidak kaget dan lebih baik kau lekas melihat keadaan puterimu. Pinceng percaya bahwa engkau tentu mempunyai seorang gadis.”
Tentu saja Kwa Liok bingung dan heran. Dia menangguk, menelan ludah dan berkata, “Memang, Twa-suhu, kami mempunyai seorang anak perempuan, akan tetapi…. mengapa….?”
“Lekas, lihat ke dalam kamarnya!” Hwesio itu mendekat dengan alis berkerut karena dia khawatir kalau-kalau Jai-hwa-sian telah memperkosa puteri tuan rumah ini.
Biarpun ragu-ragu dan heran, Kwan Liok menghampiri kamar puterinya. Tiba-tiba muncul isterinya yang menjadi pucat melihat seorang hwesio bersama suaminya menghampiri kamar puterinya.
Tanpa bertanya, dia ikut menghampiri kamar itu. Pintu kamar ditekuk perlahan oleh Kwa Liok yang memanggil-manggil nama anaknya.
Tak lama kemudian terdengar jawaban, “Ehmmm….? Siapa….? Eihh, ke mana perginya….?”
“Bi Kiok, engkau tidak apa-apa?” Kwa Liok bertanya dan isterinya memandang bingung.
Daun pintu terbuka dan Bi Kiok terkejut, cepat-cepat menutupkan bajunya yang terbuka sedikit ketika melihat seorang hwesio bersama ayah bundanya. “Eh, ada apakah, Ayah?”
“Omitohud….!” Hwesio itu menarik napas panjang dan merasa lega. “Untung bahwa Tuhan masih melindungi puterimu dari cengkeraman keji Jai-hwa-sian.”
Kwa Liok, isterinya, dan Bi Kiok terkejut. “Jai-hwa-sian….?” Tentu saja mereka telah mendengar nama penjahat yang ditakuti ini, dan Kwa Liok menyebut nama itu dengan penuh pertanyaan.
“Ya, benar, baru saja kami berlima menyerbu setelah mendengar kabar bahwa Jai-hwa-sian, penjahat cabul yang kami cari-cari itu berada di rumah ini.”
“Dia tadi telah kabur dan dikejar teman-teman pinceng. Akan tetapi, melihat bahwa anakmu masih selamat, sebaiknya sekarang juga kalian segera pergi dari tempat ini.”
“Biasanya kalau Jai-hwa-sian belum berhasil mendapatkan korbannya, dia akan penasaran dan akan terus melakukan pengejaran.”…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader