BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Berputar rasanya dan matanya berkunang. Payah juga melayani tiga orang dara yang begitu besar dan panas gairahnya.
Rasa panas makin menghebat sehingga dia terpaksa mendorong mereka ke samping dan terguling jatuh dari atas ranjang lalu…. sadar dari mimpi!
“Aughhhh….!” Suma Hoat menggosok dahinya, kaget merasa betapa tangannya menjadi basah oleh keringat yang memenuhi muka dan leher bahkan ketika dia melihatnya, seluruh tubuhnya berpeluh.
Tubuhnya panas bukan main. Agaknya badai telah mereda, tidak terdengar lagi hembusan angin ribut. Karena tidak dapat menahan panasnya, Suma Hoat meloncat bangun, terhuyung-huyung dan lari keluar.
Biarpun dia telah berada di luar istana yang hawanya dingin, tetap saja dia merasa panas. Bukan hanya panas yang menyiksa, melainkan terutama sekali nafsu berahi yang mengguncangnya dan menguasainya.
Nafsu berahi yang membuat dia membayangkan semua wanita yang pernah dihubunginya, pernah diperkosanya, membuat dia makin tersiksa.
“Auhhh, setan keparat! Iblis laknat! Ini tentu gara-gara daging ular merah! Celaka sekali, daging itu mengandung racun perangsang berahi!”
Suma Hoat cepat duduk bersila dan mengerahkan sin-kangnya untuk melawan rangsangan nafsu berahi yang tidak sewajarnya itu. Namun, racun ini benar-benar hebat sekaii.
Terlalu banyak dia makan daging ular sehingga amat banyak pula racun yang menguasai dirinya. Suma Hoat benar-benar tersiksa selama tiga hari tiga malam.
Andaikata dia tidak berada di Pulau Es, di tempat yang sunyi dan kosong tidak ada manusia lainnya, tentu dia sudah tidak dapat menahan, dan tentu dia sudah melakukan kembali perbuatan yang menjadi penyakit lamanya.
Yaitu melampiaskan nafsunya pada wanita yang mana saja, baik secara halus dengan bujukan maupun secara kasar dengan perkosaan!
Dia menyumpah-nyumpah, bukan hanya memaki ular merah, akan tetapi juga memaki-maki diri sendiri.
“Manusia lemah! Manusia terkutuk! Bertahun-tahun bertapa, sekarang menghadapi racun yang merangsang nafsu berahi saja tidak kuat bertahan!”
Aduhhh, benar ucapan Kam Han Ki! Sekarang dia melihat kenyataan ucapan itu, bukan dengan teori, bukan dengan pemikiran, melainkan kenyataan yang dialaminya sendiri!
Menjauhkan diri dari wanita bukan berarti dia akan dapat melenyapkan nafsu berahi karena datangnya segala macam nafsu bukanlah dari luar, melainkan dari dalam diri pribadi, dari pikiran sendiri!
Andaikata dia berada di tengah-tengah antara seribu wanita cantik, kalau pikirannya menerima kenyataan ini tanpa disertai angan-angan pikiran membayangkan pengejaran kenikmatan demi si aku.
Tentu tidak akan terjadi sesuatu, tidak akan timbul rangsangan yang tidak sehat. Sebaliknya, biarpun berada di pulau kosong seperti keadaannya sekarang.
Kalau hatinya masih mengenangkan dan membayangkan wanita, tentu saja nafsu berahi akan timbul, baik dengan racun ular merah maupun tidak!
Sambil mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menahan diri agar dia tidak menjadi gila karena rangsangan nafsu, dalam keadaan tersiksa dan menyendiri itu timbul pula perasaan jemu di hati Suma Hoat dengan pulau kosong ini.
Memang patut dikasihani Suma Hoat. Demikianlah halnya manusia yang belum terbuka mata batinnya. Batinnya selalu dia…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader