BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kemudian membuka tali yang mengikat tubuhnya itu dari perahu.
Ketika dia bangun duduk, kepalanya berdenyut-denyut dan pandang matanya berkunang.
Sejenak dia memejamkan mata, ketika dibukanya kembali dan denyut di kepalanya tidak begitu hebat, dia memandang ke sekelilingnya.
Air laut masih mengganas, ombak membesar dan angin badai masih mengamuk. Akan tetapi dia telah terdampar ke sebuah pulau yang cukup besar.
Tiba-tiba dia mendengar suara mengerikan. Suara melengking dahsyat, suara memekik-mekik seperti bukan suara manusia. Pekik melengking seperti itu keluar dari dalam dada setan dan iblis, pikirnya ngeri.
Dia lalu menyeret tubuhnya sendiri makin naik ke tengah pulau agar jangan sampai tercapai gelombang. Tidak lupa dia menggunakan seluruh tenaga untuk menyeret perahu.
Perahu itu telah menyelamatkan nyawanya, dan dia masih amat membutuhkannya untuk membawanya keluar dari tempat ini.
Setelah melakukan hal itu, Suma Hoat lalu duduk bersila, mengatur napas untuk memulihkan tenaganya sambil menanti berhentinya badai yang masih mengamuk dahsyat.
Untung bahwa dia telah memiliki ilmu Jit-goat Sin-kang yang mengandung unsur Yang-kang dan Im-kang. Dengan Im-kang di tubuhnya, dia dapat melawan hawa dingin yang luar biasa itu.
Hawa dingin yang seolah-olah keluar dari dalam tanah pulau yang didudukinya. Tentu saja pemuda ini sama sekali tidak pernah mengira bahwa dia telah berada di Pulau Es!
Angin taufan mulai mereda, agaknya sudah cukup puas mengamuk selama hampir sehari semalam. Suara bergemuruh pun berhenti.
Suma Hoat yang telah beberapa lamanya duduk bersila mengatur napas, merasa tenaganya sudah pulih sebagian, kepeningan kepalanya menghilang dan sungguhpun tubuhnya masih lelah dan rasa nyeri-nyeri di seluruh tubuh masih terasa.
Dia sudah merasa ringan dan membuka matanya. Laut di pantai tidak bergelombang hebat lagi, yang terdengar hanyalah suara berkerosoknya air yang menipis habis di pantai datar.
Suma Hoat teringat akan suara melengking yang didengarnya ketika badai masih mengamuk tadi. Dia bangkit perlahan, membalikkan tubuh memandang ke arah tengah pulau yang kini tidak diselubungi kabut.
Ia tercengang dan memandang terbelalak ketika samar-samar tampak sebuah bangunan di tengah pulau! Hampir dia tidak percaya kepada pandang matanya sendiri.
Digosoknya kedua matanya, lalu memandang lagi. Tidak berubah. Bangunan itu masih berdiri megah di tengah pulau. Seperti sebuah istana.
“Istana….? Istana…. Pulau Es….?” Tak terasa lagi mulut Suma Hoat berbisik.
Teringatlah dia akan suara melengking nyaring ketika terjadi badai. Mungkin saja suara manusia kalau manusianya adalah penghuni Istana Pulau Es yang dia tahu amat sakti.
Bangkit semangatnya setelah timbul dugaan dan harapan di hatinya bahwa dia berada di Pulau Es, secara kebetulan dan aneh sekali tiba di pulau yang memang dicari-carinya itu.
Jantungnya berdebar keras. Apakah dia akan berjumpa dengan Khu Siauw Bwee dan Maya? Apakah kedua orang dara yang dicintanya itu berada di sana?
Ketika ia tiba di depan bangunan yang indah dan megah itu, Suma Hoat…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader