BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Perbuatan pemuda itu benar-benar merupakan perbuatan yang amat nekad. Sudah sejak puluhan, bahkan ratusan tahun tokoh-tokoh kang-ouw mencari-cari Pulau Es tanpa hasil.
Sehingga akhirnya di dunia kang-ouw hanya terdapat semacam dongeng saja tentang Pulau Es, dianggapnya bahwa pulau itu tidak ada kenyataannya karena tidak pernah ada yang berhasil menemukannya.
Kini, dengan berperahu kecil, tanpa petunjuk hanya bermodal jejak Kam Han Ki yang dikabarkan melanjutkan perjalanan dengan perahu dari pantai itu, Suma Hoat mencari Pulau Es.
Dia benar-benar sudah nekat karena cinta kasihnya. Dia seperti seorang yang sudah kelaparan dan kehausan, haus dan lapar akan cinta karena selama ini dia hanya tenggelam dalam nafsu berahi, tidak pernah mengenal cinta yang sesungguhnya.
Lebih dari dua bulan dia hidup di atas perahunya yang mengarungi lautan bebas dan asing. Bekal makanannya sudah lama habis dan untuk menyambung hidupnya, Suma Hoat terpaksa makan ikan laut.
Kadang-kadang dia mendapatkan binatang darat di atas pulau karena sudah banyak sekali pulau dia datangi dan yang ternyata bukan Pulau Es, melainkan pulau-pulau kosong yang tidak ada penghuninya.
Pada hari itu, secara tiba-tiba badai mengamuk dan menimbulkan gelombang-gelombang sebesar bukit.
Betapapun kuatnya kedua lengan Suma Hoat menggerakkan dayung, namun sama sekali tidak ada artinya bagi lautan yang sedang mengganas itu.
Dia sama sekali tidak berdaya, seperti seorang bayi dan akhirnya, setelah dia hampir tidak kuat bertahan lagi, Suma Hoat mengikat tubuhnya, melibatkan tali dengan erat pada tubuhnya.
Diikat pada perahu kemudian menyerahkan nasibnya kepada lautan. Tubuhnya yang terikat pada perahu itu dipermainkan gelombang, diangkat tinggi-tinggi dan dihempaskan kembali.
Disambut gelombang lain, dilontarkan ke atas dan dibanting lagi sampai dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi dengan perahu dan tubuhnya.
Dia tidak tahu berapa lama dia dijadikan permainan gelombang dan sampai berapa jauh dia dihanyutkan. Melihat keadaan Suma Hoat pada waktu badai mengamuk itu.
Sungguh mengerikan dan semua yang melihatnya tidak ada yang akan menduga bahwa dia akan dapat keluar dari keadaan itu dengan selamat.
Akan tetapi apakah yang dapat menentukan mati hidupnya seorang manusia?
Kalau belum tiba saatnya dia mati, tiada kekuasaan di dunia ini yang akan dapat mematikannya, sebaliknya kalau sudah tiba saatnya dia mati, tiada kekuasaan apa pun yang akan dapat menyelamatkannya.
Suma Hoat siuman dan membuka matanya. Kepalanya terasa pening sekali, tubuhnya nyeri semua dan tenaganya habis. Akan tetapi tubuhnya tidak bergerak-gerak lagi, perahu di mana tubuhnya terikat itu tidak diombang-ambingkan gelombang lagi.
Dia masih mendengar suara bergemuruh, suara badai mengamuk, akan tetapi perahunya tidak lagi di atas air, melainkan berada di atas daratan yang kokoh kuat! Dia selamat!
Perahunya telah dilontarkan gelombang ke atas daratan, sedemikian jauhnya sehingga tidak ada lagi gelombang yang dapat mencapainya.
Suma Hoat mengerahkan tenaga untuk membikin putus ikatan pada tubuhnya. Namun dia mengeluh dan kaki tangannya terkulai lemas.
Agaknya tidak ada sisa tenaga lagi di tubuhnya. Akan tetapi tali itu telah mengendur dan dengan perlahan dia meloloskan kedua lengan…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader