BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Lihainya Ilmu Gerak Kilat dan Jit-goat Sin-kang, tidaklah melebihi kehebatan ilmu-ilmu yang diajarkan Han Ki kepada mereka.
Keunggulan Siauw Bwee hanya karena ilmu-ilmu itu tidak dikenal oleh Maya, membuat sucinya menjadi bingung dan terdesak.
Lebih dari dua ratus jurus mereka bertanding namun belum ada yang kalah atau menang. Jangankan terluka bahkan tiada yang berhasil merobek ujung baju lawan sekalipun!
Maya makin penasaran, dan Siauw Bwee makin gelisah. Mengapa suhengnya belum juga datang? Sukar untuk menahan serbuan dahsyat sucinya, dan kalau dia mengalah terus.
Lambat laun dia sendiri yang akan celaka, akan terluka dan mungkin terancam maut! Karena itu, mulailah Siauw Bwee mempercepat gerakannya dan membalas serangan sucinya dengan jurus-jurus dahsyat.
Biarpun dia menggunakan jurus-jurus yang ia pelajari dari suhengnya, namun dia memasukkan inti gerakan dari gerak kilat kaki tangannya yang ia pelajari dalam perantauannya.
Menghadapi serangan dahsyat ini, Maya menjadi bingung dan terdesak mundur terus. Dia menggigit bibirnya melawan dan membalas dengan serangan maut.
Namun pembalasan serangannya hanya membuat pertahanannya kurang rapat dan dengan gerakan seperti kilat menyambar, ujung pedang lawannya sudah berhasil menembus pertahanan Maya dan melukai pundak kirinya!
“Aihhh….!” Maya terhuyung dan biarpun dia mempertahankan, tetap saja tubuhnya tergelincir dan roboh miring. Pundaknya terbabat ujung pedang dan mengeluarkan Siauw Bwee terbelalak, pucat mukanya.
Dia melempar pedangnya dan menubruk Maya. “Suci….!”
Siauw Bwee menubruk untuk menyatakan penyesalan hatinya, untuk minta maaf. Akan tetapi tidak demikian perkiraan Maya.
Karena matanya gelap dan kepalanya pening akibat luka dan kemarahan, dia mengira bahwa gerakan Siauw Bwee itu merupakan gerakan susulan, merupakan serangan maut untuk membunuhnya.
Maka tanpa banyak cakap lagi, dia membabat dengan pedang di tangannya, dengan tubuh masih rebah miring.
“Singgg…. crakkk! Aduuuhhh…. Suci….!”
Tubuh Siauw Bwee tergelimpang, sebelah kakinya buntung terbabat pedang tadi, darah muncrat dari paha yang buntung.
“Suci…. kau…. kau….!” Siauw Bwee meloncat bangun, menyambar kakinya yang buntung.
Maya sudah bangkit duduk, mukanya pucat sekali. Baru sekarang dia mengerti betapa dia telah salah duga.
Pedang sumoinya ternyata ditinggalkan, dan kini tahulah dia bahwa sumoinya tadi bukan menyerangnya, melainkan hendak memeluknya, dapat dibayangkan betapa hancur hatinya.
Dia memandang pedangnya dengan pandang mata jijik, kemudian memandang sumoinya yang memandangi kaki yang buntung.
“Sumoi…. aduh…. Sumoi…. apa yang telah kulakukan….!”
“Suci….!”
“Sumoi….!”
Kedua orang itu berpandangan, kemudian Maya meloncat berdiri, menghampiri sumoinya dan memeluknya……..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader