BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – kepadamu. Kalau engkau menolak lagi, aku akan melanjutkan perang ini, dan akan mengamuk terus sampai mati!”
“Ohhhh….!” Seruan ini keluar dari mulut Suma Hoat. Wajah pemuda itu pucat sekali. Kiranya Maya, gadis terakhir yang menjatuhkan hatinya, yang dicintanya, yang diharapkan akan dapat membalas cintanya.
Kiranya telah mencinta Kam Han Ki, seperti halnya Khu Siauw Bwee!
Han Ki sendiri sudah menduga akan pendirian Maya seperti itu. Dia merasa tidak baik untuk berbantahan di depan banyak orang, maka dia hanya berkata, “Sumoi, mari ikut aku pergi….!”
Tubuhnya berkelebat ke depan. Maya tarkejut dan berusaha meronta malepaskan diri. Akan tetapi, Han Ki telah menotoknya dan berlari pergi cepat sekali, membawa tubuh sumoinya dalam kempitan.
“Kam-taihiap, tunggu….!” Suma Hoat berteriak, kemudian tubuh pemuda ini juga berkelebat lenyap. Dia mengerahkan seluruh kepandaian untuk mengejar Kam Han Ki, akan tetapi tentu saja dia tertinggal jauh sekali.
Namun, Suma Hoat terus mengejar sambil berseru-seru memanggil. Hatinya menjadi penasaran sekali. Mana mungkin Kam Han Ki menerima cinta kasih dua orang gadis itu?
Biarlah Kam Han Ki memilih seorang di antara mereka, dan yang seorang lagi, tidak peduli yang mana karena dia sudah tergila-gila dan jatuh clnta kepada kedua orang gadis itu, kalau ditolak oleh penghuni Istana Pulau Es, biarlah menjadi isterinya!
Perang berlangsung terus biarpun Maya telah pergi. Akan tetapi, tentu saja semangat berjuang para pasukan Mancu telah menurun hebat sete lah panglima wanita yang mereka agungkan dan agulkan itu lenyap.
Apalagi setelah muncul pasukan Yucen yang membantu bala tentara Sung, pihak Mancu menjadi kewalahan dan terpaksa melarikan diri setelah meninggalkan banyak anak buah pasukan yang roboh.
Pangeran Bharigan sendiri terluka, namun luka di tubuh itu tidaklah seperti luka di hati Sang Pangeran karena lenyapnya Maya, panglima yang amat diandalkan, dan juga wanita yang amat dicintanya itu.
***
Air laut di sekeliling pulau itu tenang sekali dan di sana-sini tampak gumpalan es sebesar bukit, mengambang tidak bergerak. Pulau Es tampak sebagai seorang raksasa putih.
Atau sebuah patung raksasa terbuat dari batu pualam putih sedang tidur telentang. Sinar matahari yang tertutup awan tipis dan kabut laut masih cukup kuat untuk menimpa permukaan Pulau Es, membuat pulau yang aneh itu berkilauan permukaannya.
Bangunan istana di tengah pulau, yang telah lama ditinggalkan penghuni-penghuninya sehingga hampir tertutup dan tertimbun salju tak terurus, kini tampak bersih kembali setelah Han Ki, bersama dua orang sumoinya kembali ke pulau.
Biarpun kadang-kadang hatinya menjadi panas dan cemburu kepada Siauw Bwee kalau teringat akan cinta kasihnya kepada Han Ki, namun begitu bertemu dengan Siauw Bwee di Pulau Es, Maya segera menubruk dan memeluknya.
Demikian pula dengan Siauw Bwee yang merasa terharu dan rindu kepada sucinya itu. Dua orang ini pernah tinggal sampai bertahun-tahun di atas Pulau Es sebagai saudara, senasib sependeri……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader