BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pek-mau Seng-jin girang sekali lalu mengerahkan pasukan-pasukannya yang kini telah meninggalkan pakaian penyamaran mereka.
Sebagai pasukan Mancu dengan cepat melakukan perjalanan menuju Siang-tan yang sudah terancam dan terkepung oleh pasukan Mancu.
Bu-koksu memimpin sendiri pasukan yang menyambut penyerbuan pasukan Mancu di luar tembok benteng. Perang yang seru dan hebat terjadi di luar tembok benteng.
Perang yang terjadi sampai belasan hari lamanya, berhenti di waktu malam untuk dilanjutkan pada keesokan harinya.
Akan tetapi, akhirnya Bu-koksu harus mengakui keunggulan musuh yang mempunyai jumlah pasukan jauh lebih besar.
Terpaksa Bu-koksu menarik sisa pasukannya memasuki benteng, menutup pintu-pintu gerbang benteng dan memperkuat penjagaan.
Maya memimpin pasukan-pasukannya, diam-diam merasa kagum akan kepandaian Bu-koksu mengatur pasukan sehingga pasukan yang lebih kecil itu mampu bertahan sampai belasan hari.
Kini Maya menyusun pasukan-pasukannya, mengurung kota Siang-tan dan mulailah penyerbuan-penyerbuan untuk membobolkan benteng kota.
Namun ternyata bahwa benteng itu kuat sekali, terbuat dari tembok yang tebal dan terjaga ketat dengan barisan-barisan anak panah yang melepaskan anak panah dari tempat terlindung.
Sehingga setiap penyerbuan pasukan Mancu selalu dapat digagalkan dan benteng masih dapat dipertahankan.
Kembali belasan hari lewat dan benteng kota Siang-tan masih juga belum dapat direbut oleh pasukan Mancu.
Akan tetapi, pihak pasukan yang dipimpin Bu-koksu sudah gelisah sekali. Kota telah dikurung, hubungan luar kota sudah terputus sama sekali.
Dan mereka tidak hanya terancam oleh penyerbuan-penyerbuan lawan, akan tetapi yang lebih mengkhawatirkan lagi.
Terancam oleh kelaparan karena gudang ransum yang setiap hari dikurung tanpa ada penambahan itu makin menipis isinya.
Keadaan yang mengancam ini membuat semangat perlawanan pasukan Bu-koksu menurun dan akhirnya, tanpa dapat dipertahankan lagi.
Ketika Maya mengerahkan pasukan intinya menyerbu, bobollah pintu terbesar dan membanjirlah pasukan Mancu menyerbu kota Siang-tan diiringi sorak-sorai yang memekakkan telinga.
Kini perang hebat pecah di dalam kota. Suara senjata beradu diseling bentakan dan makian bercampur pekik kesakitan dan keluhan maut mengatasi tangis dan jerit para penduduk kota yang lari ke sana-sini kacau-balau mencari keselamatan keluarga masing-masing.
Maya yang menunggang seekor kuda putih, mengamuk dengan pedangnya. Kudanya meringkik-ringkik, lari ke sana-sini, didahului sinar pedang di tangan panglima wanita itu, dan ke mana pun sinar pedangnya menyambar.
Tentu mengakibatkan robohnya seorang perwira musuh. Menyaksikan sepak terjang panglima wanita yang hebat ini, Bu-koksu menjadi marah sekali.
Dia mencambuk kudanya menghampiri, kemudian sambil membentak marah dia menyerang Maya dengan senjatanya yang juga telah merobohkan banyak anak buah pasukan Mancu.
Maya menyambut serangan ini dengan pedangnya dan terjadilah pertandingan dahsyat antara kedua orang pimpinan kedua pasukan yang sedang berperang itu.
Akan tetapi pertandingan di antara mereka kurang leluasa karena di situ penuh dengan tentara kedua pihak yang saling ter…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader