BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mengapa dia mau saja membantu ayahnya yang bersekutu dengan pihak Yucen? Andaikata dia tidak hendak berbaik kembali dengan ayahnya.
Tidak hendak menyenangkan hati orang tua itu, tentu saja dia tidak akan sudi membantu persekutuan kotor itu.
Suma Hoat menghela napas panjang dan meninggalkan tempat itu dengan wajah pucat, pandang mata sayu dan tubuh lesu.
Habis harapannya untuk mendekati ayahnya lagi. Orang tua itu sudah terlampau marah dan dengan ibu tirinya dan Siangkoan Lee di dekat orang tuanya, tidak ada harapan baginya untuk meredakan kemarahan ayahnya.
Ibu tirinya dan Siangkoan Lee amat benci kepadanya, dan mereka tentu akan membakar terus hati ayahnya.
Suma Hoat sama sekali tidak tahu dan tidak pernah mengira bahwa keadaan hidup ayahnya sendiri amatlah sengsara semenjak terjadinya peristiwa itu.
Suma Kiat yang semenjak dahulu hidup mewah dan mulia, kini kehilangan segala-galanya dan menjadi berduka sekali. Dia sudah tua dan pukulan-pukulan batin itu membuat tubuhnya menjadi lemah dan sakit-sakitan.
Mereka bertiga melarikan diri dan bersembunyi di pegunungan Tai-hang-san. Suma Kiat lalu mencari tempat yang cocok dan membangun sebuah tempat peristirahatan di Puncak In-kok-san (Lembah Mega), sebuah di antara puncak-puncak di Pegunungan Tai-hang-san.
Siangkoan Lee yang pandai mengambil hati gurunya, berusaha menyenangkan hati suhunya itu dengan membangun sebuah bangunan mewah, bahkan menyediakan pelayan-pelayan laki-laki dan wanita muda untuk suhunya.
Memang Suma Kiat berterima kasih sekali dan kakek ini mewariskan semua ilmu silatnya kepada Siangkoan Lee, namun tetap saja hati Suma Kiat selalu dihimpit kekecewaan dan kedukaan.
Terutama sekali kalau teringat akan cita-citanya yang hancur dan putera tunggalnya yang durhaka. Semua kedukaan ini ditambah lagi oleh solah-tingkah Bu Ci Goat.
Setelah berada di pegunungan itu, melihat betapa tubuh Suma Kiat yang makin tua makin lemah, tidak mampu lagi melayani nafsu-nafsunya, wanita ini menjadi binal kembali.
Semua ini merupakan tekanan dan siksaan batin yang hebat, membuat tubuhnya tidak kuat menahan dan akhirnya kakek itu jatuh sakit.
***
Seperti telah diceritakan di bagian depan, Maya bersama anak buahnya telah berhasil menyelidiki keadaan musuh di Siang-tan. Biarpun dia kehilangan pembantu-pembantu yang diandalkan, yang tewas dalam menyedihkan itu.
Namun dia kini tahu akan kekuatan musuh sehingga tidak terburu-buru melakukan penyerbuan ke Siang-tan.
Setelah mendapat kenyataan bahwa Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa berhasil lolos pula dan kembali ke Sian-yang, Maya menjadi makin girang.
Tentu saja Yan Hwa tidak menceritakan bagaimana dia dan suhengnya dapat lolos! Tidak mau menceritakan betapa untuk kebebasan dia dan suhengnya, dia harus “menebusnya” dengan penyerahan diri kepada Suma Hoat, Si Dewa Cabul!
Tebusan yang bukan tidak menyenangkan hatinya!
Setelah mengadakan perundingan dengan para pembantunya dan Pangeran Bharigan, lalu diambil keputusan untuk minta bantuan Panglima Bu, panglima angkatan laut yang memberontak terhadap pemerintah, panglima yang dahulu menolong Maya.
Sepasukan tentara istimewa…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader