BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Terutama sekali cinta seorang pria terhadap seorang wanita dan tidak ada cita-cita yang lebih nikmat dan akan membahagiakan hatinya daripada hidup sebagai suami isteri untuk selamanya dengan sumoinya ini.
Akan tetapi, di sana masih ada Maya! Sebelum urusan dengan Maya dapat diatasi, bagaimana mungkin cita-cita itu dapat terlaksana tanpa gangguan?
“Mana mungkin manusia melupakan cintanya, Sumoi? Yang dapat dilupakan adalah cinta palsu, cinta berahi belaka yang sama sekali tidak ada harganya untuk dibicarakan.
Nah, kau tinggallah di istana Pulau Es lebih dahulu, Sumoi. Aku akan kembali ke darat dan mengajak pulang Maya-sumoi.”
Mereka telah tiba di tepi Pulau Es. Siauw Bwee meloncat ke darat, memandang suhengnya yang masih tinggal di dalam perahu, berkata penuh keraguan,
“Bagaimana kalau dia tidak mau, Suheng? Dia mau atau tidak, engkau…. tentu akan kembali secepatnya ke sini, bukan?”
“Dia tentu dan harus mau!” jawab Han Ki sambil mendayung perahunya ke tengah laut dengan cepat menuju ke barat, diikuti pandang mata Siauw Bwee yang penuh dengan keraguan dan kegelisahan.
Dia maklum akan perasaan hati suhengnya. Dia tahu bahwa suhengnya mencintanya, akan tetapi tahu pula bahwa suhengnya tidak mungkin dapat berbahagia, tidak dapat hidup tenteram sebelum membereskan urusan Maya!
Dia bertambah gelisah karena Siauw Bwee juga maklum bahwa sucinya itu pun mencinta Han Ki. Betapapun juga, dia telah menang dalam perebutan cinta kasih itu!
Suhengnya mencintanya! Pikiran ini melegakan hati Siauw Bwee dan dia membalikkan tubuh perlahan-lahan berjalan ke tengah pulau, menuju ke Istana Pulau Es yang telah bertahun-tahun ditinggalkannya itu. ***
“Heeii, berhenti dulu! Kalian mau apa menerobos masuk tanpa permisi?” para pengawal penjaga gedung Panglima Suma Kiat membentak dan mereka sudah memalangkan tombak menodong pasukan pengawal berseragam biru yang masuk ke halaman gedung seenaknya itu.
“Minggir kalian dan biarkan kami masuk!” Komandan pasukan itu balas membentak sambil meraba gagang pedangnya.
“Apa? Kalian pun hanya pasukan pengawal, sama dengan kami. Biarpun engkau komandan pasukan, akan tetapi kau bukan komandan kami.
Siapapun tidak boleh masuk sebelum ada perkenan dari Suma-tai-ciangkun!” “Wuuuuttt…. ciattt!” Komandan pasukan pengawal istana Suma-tai-ciangkun itu roboh.
Dengan leher hampir putus disambar sinar yang tiba-tiba menyerangnya dan tampaklah seorang laki-laki tinggi besar yang berpakaian mewah telah muncul di situ.
Ketika para pengawal melihat laki-laki ini, mereka lebih kaget dari ketika melihat komandan mereka tewas tadi. Serta-merta mereka menjatuhkan diri berlutut karena laki-laki itu bukan lain adalah Bu-koksu!
Kini bermunculan pembantu-pembantu Koksu, para panglima tinggi, dan perwira yang memimpin banyak sekali pasukan pengawal yang telah mengurung gedung itu.
Biarpun para pengawal telah menjadi ketakutan ketika melihat Koksu dengan banyak pasukannya, namun ada di antara para pengawal yang…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader