BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Bukan pendapatku, Sumoi. Setiap pendapat dari siapapun juga datangnya, tidak dapat dibenarkan, karena pendapat hanya memancing pertentangan.
Kalau yang kaudengar tadi kausebut sebagai pendapaku dan kauanggap benar, tentu akan muncul orang lain yang menganggapnya tidak benar maka terjadilah pertentangan.
Aku hanya mengajak engkau bersamaku mempelajari hal itu dan bersama mencari tahu apa artinya membalas dendam.
Sudah jelas sekarang bahwa budi dan dendam hanyalah pencetusan dari sayang diri yang menciptakan karma, menciptakan sebab dan akibat.
Kalau kita tersesat, takkan pernah kita dapat membebaskan diri dan hidup ini menjadi sia-sia, menjadi permainan sebab akibat.
Karena Si Akibat sendiri pun berekor dan menjadi sebab dari akibat yang lain lagi. Sedangkan si sebab pun menjadi akibat dari sebab yang terdahulu.
Bukankah seyogianya kalau kita membebaskan diri dari ikatan mata rantai yang tiada kunjung putus itu?”
“Akan tetapi, Suheng! Manusia jahat macam Suma Kiat telah mengakibatkan kematian ayahku, kehancuran keluarga Ayah. Mana mungkin aku tinggal diam saja tidak membalas dendam yang hebat ini?”
“Membalas dendam dengan cara bagaimana, Sumoi?” “Tentu saja dengan membunuh manusia laknat itu!”
“Hemmm, Sumoi. Engkau bilang bahwa Suma Kiat jahat karena menyebabkan kematian ayahmu, dan engkau hendak membalas dengan membunuhnya!
Kalau dia membunuh ayahmu kemudian engkau membunuhnya, lalu siapakah di antara kalian berdua yang baik dan jahat?
Mana mungkin melenyapkan kejahatan dengan kejahatan pula? Mana bisa merubah kekerasan dengan kekerasan pula?
Engkau bilang bahwaputera orang yang kauanggap musuh besarmu itu, adalah seorang yang baik dan bersikap baik kepadamu.
Kalau engkau membunuh ayahnya, biarpun engkau menganggapnya sebagai akibat perbuatan Suma Kiat, bukankah perbuatanmu itu berubah menjadi sebab dendam baru, yaitu dendam di hati puteranya.
Suma Hoat yang akan membalas kematian ayahnya?” “Aku tidak takut!” “Bukan soal takut atau tidak takut yang kita selidiki, Sumoi.
Melainkan soal tepat tidaknya terseret ke dalam mata rantai dendam-mendendam.” Siauw Bwee menundukkan mukanya.
Tak dapat ia membantah kebenaran baru dan aneh yang dikemukakan suhengnya ini. Kematian ayahnya, kehancuran rumah tangga ayahnya, memang akibat perbuatan Suma Kiat.
Akan tetapi, Suma Kiat tidak akan semata-mata melakukan hal itu tanpa sebab-sebab tertentu! Dia telah mendengar betapa Suma Kiat amat membenci keluarga Suling Emas.
Amat membenci Menteri Kam Liong putera Suling Emas. Dan karena ayahnya, Khu Tek San adalah murid Menteri Kam Liong, tentu saja terlibat dalam urusan dendam-mendendam itu dan menjadi korban dalam membela gurunya.
“Aku tidak dapat menyangkal kebenaran ucapanmu, Suheng. Aku menurut saja apa yang akan kaulakukan asal saja engkau….”
Melihat keraguan sumoinya, Han Ki bertanya, “Asal saja aku mengapa, Sumoi?” “Asal engkau tidak melupakan…. cinta kasih di antara kita….”
Han Ki tersenyum, akan tetapi hatinya perih. Dia mencinta Siauw Bwee, bukan hanya cinta seorang suheng terhadap sumoinya, melainkan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader