BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Berkata, “Hemmm, agaknya engkau yang lebih benar, Suheng, dan agaknya akulah yang buta oleh cemburu.
Baiklah, engkau boleh mencoba untuk membujuknya pulang ke Pulau Es, akan tetapi engkau harus lebih dulu mengantarku ke Pulau Es, baru kau pergi mencari Suci.
Kalau sekarang engkau mencarinya dan mengajaknya kembali ke Pulau Es, dia tentu akan menolak kalau dia melihat aku bersamamu.”
Han Ki mengangguk-angguk. Memang tepat kata-kata sumoinya ini. Watak Maya amat keras. Dia masih dapat membujuk dan membikin lunak hati Siauw Bwee.
Akan tetapi sukar sekali baginya untuk membujuk Maya kalau sumoinya itu melihat Siauw Bwee bersama dia. “Baiklah, Sumoi. Mari kita segera berangkat.”
Dua orang itu segera mempergunakan ilmu kepandaian mereka berlari cepat menuju ke pantai untuk melanjutkan perjalanan melalui laut, menggunakan sebuah perahu kecil menyeberang ke Pulau Es.
Di dalam perjalanan yang dilakukan dengan cepat ini, Siauw Bwee tidak dapat menahan keinginan tahunya akan dendam dan sakit hati mereka terhadap musuh-musuh yang telah mencelakakan keluarga mereka.
Dia mengajukan pertanyaan kepada suhengnya dengan suara bersungguh-sungguh dan pandang mata tajam menyelidik.
“Suheng, engkau agaknya berkeinginan keras untuk mengajak aku dan Suci kembali ke Pulau Es, dan kalau aku tidak salah menduga, engkau ingin sekali melihat kita bertiga kembali tinggal di Pulau Es dan tidak meninggalkan tempat itu lagi.
Benarkah dugaanku itu?” Wajah Han Ki berseri mendengar ini, kemudian dia mengangguk. “Memang demikianlah, Sumoi.
Alangkah bahagia rasa hatiku kalau kal ian berdua mau berbaik kembali dan kita bertiga hidup tenang dan tenteram penuh kebahagiaan seperti dahulu di Istana Pulau Es.”
Siauw Bwee mengerutkan alisnya. “Akan tetapi, Suheng. Apakah engkau telah lupa akan dendam di hati kita? Apakah engkau telah melupakan musuh-musuh besar kita?
Apakah semangat membalas dendam telah padam di hatimu?” “Sumoi, kita tidak boleh melupakan ajaran Suhu yang banyak disebut dalam kitab-kitabnya.
Dendam adalah nafsu yang paling buruk dan jahat, sumber dari segala pertentangan dan permusuhan antara manusia.
Dendam adalah sifat yang paling menonjol dari iba diri dan kalau kita dimabokkan olehnya, hati dan pikiran kita akan menjadi gelap karena dendam menimbulkan benci dan kebencian menimbulkan kekejaman.
Khu-sumoi, katakanlah, siapakah yang kauanggap musuh besarmu, yang mendatangkan dendam sakit hati padamu?”
“Siapa lagi kalau bukan manusia jahat Suma Kiat? Dia telah menyebabkan kehancuran keluarga ayahku! Manusia itu harus kubunuh untuk membalas dendam keluargaku!”
Han Ki menarik napas panjang. “Sumoi, engkau telah dapat bersikap baik kepada puteranya, Suma Hoat, mengapa engkau tidak dapat bersikap sama baiknya kepada ayahnya?”
“Suma Hoat seorang yang baik dan dia bersikap baik kepadaku, sedangkan ayahnya adalah musuh besarmu!”
“Hemmm, betapa tepat wejangan Suhu dahulu! Hutang budi dan dendam hanya merupakan bunga dari sifat sayang diri belaka. Sumoi, andaikata Suma Kiat tidak berbuat yang merugikan keluargamu, andaikata…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader