BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dari Khitan, sedangkan anak ke dua adalah aku sendiri, anak dari Panglima Khu Tek San.”
Sekarang teringatlah Pek-mau Seng-jin, bahkan Thai-lek Siauw-hud Ngo Kee dan Panglima Dailuba mengeluarkan suara tertahan.
Mereka teringat akan peristiwa belasan tahun yang lalu, peristiwa amat hebat bagi dunia kang-ouw, yaitu munculnya manusia dewa Bu Kek Siansu yang menolong kedua anak perempuan itu!
“Aaahhhh….!” Pek-mau Seng-jin tidak mampu mengeluarkan kata-kata lagi, wajahnya berubah dan dia merasa tidak enak sekali, terutama terhadap Kam Han Ki yang disebut suheng oleh dara itu.
“Pek-mau Seng-jin, mengingat bahwa engkau tadi telah menolong Suheng, biarlah aku melupakan urusan lama karena betapapun juga harus diakui bahwa engkau telah berjasa dengan perbuatanmu yang tidak pantas itu.
Yaitu memungkinkan kami bertemu dengan Suhu. Nah, pertolonganmu tadi berarti telah menebus kesalahanmu dan urusan lama itu telah beres hari ini.
Harap engkau jangan tidak tahu diri, hendak menciptakan urusan baru dengan membujuk Kam-suheng menjadi pengkhianat. Di antara kita tidak ada sangkut-paut lagi!”
Lega sekali hati Pek-mau Seng-jin. Setelah kini dia mendengar bahwa gadis itu adalah sumoi Kam Han Ki dan mereka itu murid-murid Bu Kek Siansu, tentu saja dia tidak berani untuk menentang mereka.
Hawa pukulan dari Han Ki tadi ketika menyelamatkan nyawa Bu-koksu dan membuat senjatanya terpental, sudah cukup membuktikan betapa hebat sin-kang pemuda itu.
Maka dia lalu memberi isyarat dengan pandang mata kepada Pangeran Dhanu yang menjura kepada Han Ki sambil berkata,
“Kalau begitu, kita berpisah di sini saja, Kam-taihiap. Aku hanya dapat menyatakan sayang bahwa di antara kita yang senasib sependeritaan ini tidak dapat bekerja sama.”
Han Ki menggigit bibirnya, tidak mau menjawab, hanya balas memberi hormat kepada rombongan Pangeran itu.
Dan memang benarlah kalau Pangeran itu mengatakan bahwa mereka berdua adalah senasib sependeritaan, karena keduanya mencinta Sung Hong Kwi, dan keduanya menderita oleh cinta kasih mereka itu!
Dia kini hanya memandang dengan tenang sambil menekan segala macam perasaan mengenai urusan pribadinya.
Memandang kepada rombongan yang pergi, meninggalkan tempat itu dipimpin oleh Koksu Negara Yucen.
Dapat dibayangkan betapa malu rasa hati Suma Hoat ketika ia melihat dan mendengar semua itu. Biarpun tidak ada orang yang langsung menuduhnya.
Namun melihat sikap Kam Han Ki dan Khu Siauw Bwee sebagai orang-orang gagah yang biarpun telah diperlakukan penuh penghinaan sehingga mengalami penderitaan oleh Kerajaan Sung.
Namun masih menunjukkan kesetiaan terhadap negara dan bangsa. Adapun dia, karena terpaksa oleh ayahnya, biarpun keluarga Suma sejak dahulu mendapatkan banyak kemuliaan dalam Kerajaan Sung.
Kini telah menjadi pengkhianat dan diam-diam mengadakan persekutuan dengan Kerajaan Yucen untuk menggulingkan Kerajaan Sung!
Dia merasa rendah sekali, rendah dan kotor kalau dibandingkan dengan Kam Han Ki dan Khu…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader