BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bebaskan totokan. Akan tetapi Han Ki masih pingsan, bukan karena totokan melainkan karena guncangan ketika pengobatan hampir berakhir tadi.
Cepat Siauw Bwee menempelkan kedua telapak tangannya ke dada pemuda itu dan perlahan-lahan ia menyalurkan hawa sin-kang ke dalam tubuh suhengnya dengan amat hati-hati.
Ang Hok Ci sudah menerjang lagi, disambut oleh pedang Suma Hoat. Karena pemuda yang berjuluk Jai-hwa-sian ini memiliki tingkat kepandaian yang jauh lebih tinggi.
Dengan mudah ia mempermainkan Ang Hok Ci sambil tertawa-tawa. “Suma-kongsu, bunuh saja tikus itu!”
Tiba-tiba terdengar suara Pek-mau Seng-jin. “Dan aku yang akan membunuh tikus besar ini!” Suma Hoat terkejut dan ragu-ragu.
Biarpun dia harus mentaati perintah ayahnya yang bersekutu dengan Kerajaan Yucen, akan tetapi kalau harus membunuh seorang yang setia kepada Kerajaan Sung, hatinya masih merasa berat.
Dan ketika ia menoleh, ia melihat betapa Bu-koksu terhimpit bahaya oleh tongkat di tangan Pek-mau Seng-jin.
Yang kini jelas bukan hanya memperoleh kemenangan untuk memperebutkan kedua orang tawanan, melainkan berniat membunuh Bu-koksu.
Ini hebat, pikir Suma Hoat yang menjadi bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Ketika ia memutar pedang menahan serangan-serangan golok lawan.
Dan menoleh ke arah Pat-jiu Sin-kauw dan Thian Ek Cinjin yang melawan Panglima Dailuba dan Thai-lek Siauw-hud.
Dia mendapat kenyataan bahwa pertempuran masih berlangsung “seru” dan bahwa mereka itu ternyata hanya seperti sedang berlatih saja!
Suma Hoat amat cerdik, maka mengertilah dia bahwa dua orang pengawal dan pembantu Bu-koksu itu ternyata adalah anak buah Yucen pula!
Diam-diam ia mengkhawatirkan keselamatan Bu-koksu. Betapapun juga, dia tahu betul bahwa Bu-koksu adalah seorang yang amat setia kepada negara.
Seorang pahlawan sejati yang menjuruskan segala perbuatannya demi kepentingan Kerajaan Sung! Dia masih terus mempermainkan Ang Hok Ci.
Tidak mau membunuhnya karena hendak melihat bagaimana perkembangan pertandingan antara kedua orang guru negara itu.
Dia merasa serba salah karena untuk membantu Bu-koksu, berarti dia menentang Yucen dan hal ini tentu tidak akan disetujui ayahnya.
Sebaliknya, untuk membantu Pek-mau Seng-jin, hati nuraninya tidak mengijinkan, selain itu, dia maklum pula bahwa ilmu kepandaian Pek-mau Seng-jin amat tinggi.
Ttidak hanya lebih tinggi daripada kepandaian Bu-koksu, juga lebih tinggi daripada tingkat kepandaiannya.
Belum lagi diingat bahwa di situ terdapat panglima Dailuba, Pat-jiu Sin-kauw, Thai-lek Siauw-hud, dan Thian Ek Cinjin yang ternyata adalah kaki tangan Pek-mau Seng-jin.
Dia tidak berdaya dan hanya menonton sambil menahan serangan golok Ang Hok Ci seenaknya.
Bu-koksu juga tahu akan perubahan gerakan tongkat lawan yang kini menjadi cepat sekali dan melancarkan serangan-serangan maut.
Dia tidak menjadi gentar dan maklum bahwa persoalan merampas tawanan itu hanya sebagai pancingan saja, sedangkan niat di hati Koksu Negara Yucen itu untuk membunuhnya!
Kalau berada di tempat ramai, tentu saja Pek-mau Seng-jin tidak akan berani melakukan hal ini, karena membunuh dia berarti pecah perang terbuka antara Kerajaan Sung dan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader