BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mendengar teriakan suhengnya itu hati Siauw Bwee girang bukan main karena teriakan itu menunjukkan bahwa suhengnya telah ingat lagi.
Aakan tetapi dia sendiri sudah kehabisan tenaga, maka ketika dia merasa ada angin menyambarnya, biarpun dia sudah cepat membuang tubuh.
Tetap saja pundaknya terkena totokan jari tangan Bu-koksu dan tubuhnya terguling di samping tubuh Han Ki dalam keadaan lemas!
Bu-koksu cepat menghampiri Han Ki dan menotok jalan darah di punggung pemuda yang masih pingsan itu, kemudian sambil tertawa girang dia memanggil para pembantunya.
Tiga orang pembantunya yang tidak melihat apa yang telah terjadi, merasa kagum dan mengira bahwa Koksu itu berhasil merobohkan dua orang muda yang lihai itu.
“Cepat belenggu kaki tangan mereka, kita bawa mereka sebagai tawanan ke Siang-tan,” katanya dan tiga orang itu bergegas membelenggu Han Ki dan Siauw Bwee.
Kemudian mereka mengempit tubuh kedua orang itu keluar dari pondok. Siauw Bwee yang tertotok lemas namun masih sadar itu ketika melihat mayat supeknya yang tewas dalam keadaan mengerikan.
Mengeluarkan jerit tertahan dan ia menggigit bibir tidak mengeluarkan kata, hanya sepasang matanya saja yang mengeluarkan sinar berapi.
“Nona Khu,” Bu-koksu berkata dengan suaranya yang besar, “Kam Han Ki adalah seorang buruan, engkau pun puteri seorang panglima pemberontak.
Akan tetapi, mengingat keadaan regara dalam bahaya, aku yang akan tanggung bahwa kalian tidak akan menerima hukuman asal saja kalian berdua suka menyumbangkan tenaga untuk negara.
Kalian adalah orang-orang gagah perkasa, murid dari Bu Kek Siansu, Penghuni IstanaPulau Es. Setelah mempelajari ilmu kesaktian, untuk apa kalau tidak untuk membela negara dan bangsa?
Dengan keadaan negara terancam musuh-musuhnya, semua urusan pribadi harus dikesampingkan lebih dulu, seperti bunyi ujar-ujar kuno yang tentu telah menjadi pegangan mendiang ayahmu pula.
Ialah Wi-bin-wi-kok, Hiap-ci-tai-cia (Demi Rakyat dan Negara Yang Pertama). Kuharap engkau dapat mengerti dan dapat menyadarkan suhengmu.”
Dengan mata masih mendelik Siauw Bwee berkata, “Kalian orang-orang kasar memang selalu curang dan keji.
Dalam keadaan kedudukanmu terancam, kalian mempergunakan rakyat untuk membantumu dengan alasan demi rakyat dan negara, akan tetapi setelah keadaan aman dan kedudukanmu terjamin.
Kalian merupakan penindas-penindas rakyat, penjilat Kaisar lalim dan memusuhi pemimpin-pemimpin jujur!”
Bu Kok Tai menghela napas panjang.
“Aku selalu kagum kepada mendiang Menteri Kam dan Panglima Khu. Aku tidak pernah mernusuhi mereka secara pribadi, akan tetapi sebagai seorang petugas, bagaimana mungkin tidak hendak menaati perintah atasan?
Sudahlah! Hayo bawa mereka ke Siang-tan, cepat-cepat jangan sampai kemalaman di jalan!” katanya kemudian kepada pembantu-pembantunya.
Pat-jiu Sin-kauw mengempit tubuh Han Ki, sedangkan Siauw Bwee dipanggul oleh Thian Ek Cinjin. Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Siang-tan dengan cepat.
Karena sesungguhnya hanya terpaksa saja Koksu melakukan perjalanan menyusul Han Ki sendiri setelah mendengar pelaporan para penyelidik.
Tenaganya amat dibutuhkan di kota itu, dan dalam keadaan terancam oleh pasukan-pasukan Mancu, kalau tidak terpaksa…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader