BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Biarpun kedua lengannya telah buntung, tidak pernah terdengar keluhan keluar dari mulut kakek yang gagah perkasa ini.
Bahkan kini dia sudah meloncat bangun lagi, dengan mata terbelalak penuh keberanian dia sudah menyerbu ke depan Bu-koksu yang menyambutnya dengan sambaran goloknya, sekali ini mengenai leher Coa Leng Bu.
Robohlah tubuh kakek gagah perkasa itu dengan kedua lengan dan kepala terpisah dari badan, tewas seketika dalam keadaan mengerikan.
Bu-koksu menyarungkan goloknya, memandang ke arah Coa Leng Bu, menghela napas dan berkata,
“Seorang yang gagah perkasa! Sayang orang seperti ini tidak pernah menjadi pembantuku.” Ia lalu membalikkan tubuhnya dan memberi isyarat kepada para pembantunya untuk berjaga di luar.
“Biarkan aku sendiri yang menghadapi mereka,” katanya karena dia maklum bahwa kalau Kam Han Ki masih hilang ingatan, pemuda itu hanya dapat dikuasai olehnya.
Sebaliknya kalau keadaan menjadi berubah, hanya dia seoranglah yang akan dapat mengimbangi mereka yang amat lihai, sedangkan tiga orang pembantunya itu takkan ada gunanya.
Dia melangkah ke depan pintu pondok, berhenti dan berseru nyaring, “Kam-siauwte, aku datang!” Tidak ada jawaban dari dalam pondok.
Tentu saja suaranya yang nyaring itu terdengar oleh Siauw Bwee yang menjadi tekejut bukan main. Akan tetapi gadis ini menekan perasaannya. Dia maklum bahwa mereka berdua sudah hampir berhasil.
Ada hawa panas keluar dari kepala suhengnya. Akan tetapi kalau sekarang dihentikan atau terganggu, akan berbahalah bagi suhengnya.
Dia memejamkan matanya, tidak peduli lagi. Kalau harus mati, dia rela mati bersama suhengnya yang tercinta! Pintu pondok terdorong terbuka dari luar.
Ketika Bu-koksu melihat dua orang muda itu duduk berhadapan dengan mengadu telapak tangan dan keadaan dalam pondok terasa amat dingin.
Dia maklum bahwa kedua orang itu sedang mengerahkan Im-kang yang amat luar biasa untuk melawan hawa panas beracun yang menggelapkan ingatan Han Ki sebagai akibat dari obat yang ia minumkan kepada pemuda itu.
Terkejutlah pembesar ini melihat uap panas keluar dari kepala Han Ki, tanda bahwa cara pengobatan yang radikal itu hampir berhasil.
Ia lalu melangkah maju dengan cepat, dan menggerakkan tangannya untuk menotok tengkuk Han Ki.
“Aihhh….!” Bu-koksu menggigil seluruh tubuhnya dan ia tentu roboh kalau saja pengalamannya yang luas tidak membuat dia cepat menarik kembali tangannya sebelum terlambat.
Ternyata dari tubuh pemuda itu keluar hawa dingin yang takkan kuat ia lawan, sungguhpun dia sendiri memiliki sin-kang yang kuat.
Dan kalau tadi totokannya ia lanjutkan sampai tangannya bertemu dengan kulit tengkuk Han Ki, tentu dia akan terkena serangan hebat yang membahayakan isi dadanya!
Sementara itu, Siauw Bwee yang maklum akan kehadiran Koksu, terguncang hatinya penuh kekhawatiran, maka seluruh Im-kang dari kedua tengannya menjadi kacau sehingga tubuh Han Ki bergoyang-goyang.
Tiba-tiba Han Ki membuka matanya, memandang Siauw Bwee dan matanya terbelalak, mulutnya berteriak heran dan kaget.
“Engkau…. Siauw Bwee…. Khu-sumoi….!” Dan begitu Siauw Bwee melepaskan kedua tangannya, pemuda itu roboh terguling dan pingsan! …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader