BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Miringkan tubuhnya yang telentang, lalu menggunakan tangan menangkap kaki yang menginjak sambil mengerahkan tenaga dan sekali dia membentak.
Tubuh Ang Hok Ci terlempar ke atas dan tentu akan jatuh terbanting kalau tidak disambar jubahnya oleh Bu-koksu.
Coa Leng Bu sudah meloncat bangun lagi. Dia tidak memegang senjata karena tadi tidak menyangka sama sekali akan kedatangan musuh.
Akan tetapi dia tidak gentar dan cepat meloncat lagi menghadang mereka. “Terimalah ini!” Pat-jiu Sin-kauw sudah menerjangnya dengan ilmu silatnya yang amat hebat, yaitu Soan-hong Sin-ciang (Tangan Sakti Angin Badai).
Tubuhnya berputaran, jubahnya berkibar dan kedua tangannya seperti kitiran angin menyambar-nyambar. Coa Leng Bu pernah melawan orang ini di Sian-yang.
Maklum bahwa lawannya amat lihai, maka dia pun cepat mainkan ilmu silatnya dan mengerahkan daya tahannya, mengelak dan menangkis.
Dia tahu bahwa betapapun dia berusaha, takkan mungkin dia akan menang menghadapi empat orang ini, apalagi menghadapi Bu-koksu yang amat lihai.
Dia pun tidak mengharapkan kemenangan yang tak mungkin, hanya ingin mempertahankan diri selama mungkin untuk mengulur waktu penyerbuan mereka ke dalam pondok.
Tiba-tiba Pat-jiu Sin-kauw yang tubuhnya berputaran ini berjongkok, mulutnya mengeluarkan suara dalam, dan kedua tangannya mendorong ke atas, ke arah lawan.
Itulah Thai-lek-kang yang amat dahsyat. Coa Leng Bu maklum bahwa terkena hawa dorongan ini, dia tentu akan roboh, maka dia pun lalu mengerahkan tenaga sekuatnya.
“Dessss!”
Tenaga Pat-jiu Sin-kauw berimbang dengan tenaga Jit-goat-sin-kang yang dimiliki Coa Leng Bu, akan tetapi karena pada saat itu Coa Leng Bu sudah nekat dan mati-matian hendak melindungi kedua orang muda itu.
tenaganya bertambah dan tubuh Pat-jiu Sin-kauw terpental ke belakang dan terguling-guling. Akan tetapi Coa Leng Bu sendiri terhuyung ke belakang.
“Cring-cring…. singggg….!”
Sinar gemerlapan menyambar ke arah Coa Leng Bu. Kakek ahli obat ini terkejut sekali, berusaha menghindarkan diri dari sambaran golok besar di tangan Bu-koksu, akan tetapi gerakan Bu-koksu amat dahsyat. “Crakk!” Pundak Coa Leng Bu terbabat putus!
Namun Coa Leng Bu seolah-olah tidak merasakan nyeri pada pundaknya yang sudah buntung kea golok itu, dia meloncat bangun lagi dan menerjang Thian Ek Cinjin yang sudah lari hendak menghampiri pondok.
Thian Ek Cinjin menjadi ngeri melihat orang yang lengan kanannya buntung sepundak dan dari lukanya muncrat-muncrat darah itu masih menubruknya.
Cepat ia meloncat ke samping dan memukul ke arah pusar. Namun, Coa Leng Bu tidak mempedulikan pukulan itu, bahkan membarengi dengan hantaman ke arah kepala Thian Ek Cinjin dengan tangan kirinya!
Thian Ek Cinjin terkejut dan kepalanya tentu akan terkena hantaman yang dapat mengakibatkan maut kalau saja pada saat itu tidak datang sinar gemerlapan golok besar Bu-koksu yang menyambar dari belakang.
“Crott!” Lengan kiri Coa Leng Bu kembali terbabat buntung sebatas siku! Dan pusarnya masih terkena hantaman Thian Ek Cinjin yang membuat tubuhnya terjengkang……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader