BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Benar, akan tetapi Kam-taihiap sedang sakit, sedangkan Khu-lihiap sedang merawatnya.”
“Ha-ha-ha, kaumaksudkan sedang berusaha memulihkan ingatan Kam Han Ki? Orang she Coa, aku sudah tahu siapa engkau.
Engkau adalah seorang ahli pengobatan yang tentu berusaha menyembuhkan Kam Han Ki. Kami datang untuk menangkap mereka!”
“Bu-koksu, apakah kesalahan mereka?” Coa Leng Bu sengaja mencari bahan percakapan untuk mengulur waktu, untuk memberi kesempatan kepada kedua orang itu menyelesaikan pengobatan.
Kalau belum selesai dan terganggu, nyawa Kam Han Ki terancam bahaya maut. “Engkau mau tahu? Kam Han Ki telah menjadi pengkhianat dan harus ditangkap.
Sedangkan gadis itu adalah puteri mendiang Khu Tek San, seorang panglima yang memberontak. Dia harus ditawan dan dihukum pula!”
“Bu-koksu, harap kautunggu sebentar sampai mereka selesai dengan pengobatan mereka. Kalau terganggu, keadaan Kam-taihiap berbahaya sekali.
Bukankah dia itu adalah adik angkatmu sendiri yang sudah banyak berjasa terhadapmu? Apakah engkau tega untuk mencelakainya?”
“Jangan banyak cakap! Minggirlah!” “Bu-koksu, harap engkau orang tua yang sudah banyak pengalaman hidup, menaruh kasihan kepada dua orang muda yang tidak berdosa.
Biarlah aku yang menanggung semua kesalahan mereka. Biar aku yang kautangkap dan kauseret untuk dihukum.
Biarkan mereka, karena aku tahu bahwa mereka bukanlah pengkhianat, apalagi pemberontak. Kau tahu, mereka adalah murid-murid manusia dewa Bu Kek Siansu!”
Wajah Bu-koksu seketika pucat mendengar ini, karena sesungguhnya berita ini tak pernah disangka-sangkanya dan membuatnya terkejut bukan main.
Akan tetapi segera dia dapat mengatasi rasa kagetnya dan tertawa
“Siapa pun mereka, harus kami tawan!” Diam-diam dia mengharapkan untuk dapat mewarisi kitab-kitab peninggalan Bu Kek Siansu kalau dia berhasil menundukkan kedua orang itu.
Dia maklum bahwa kalau Kam Han Ki sudah sadar, akan sukar untuk mengatasi mereka. Akan tetapi melihat bahwa pemuda itu masih dalam pengobatan.
Dia mempunyai harapan untuk dapat menguasai pemuda itu yang telah hilang ingatannya dan kalau hal ini benar, dengan bantuan Kam Han Ki, tidak sukar baginya untuk menundukkan gadis yang sakti itu.
“Jangan bergerak!” Coa Leng Bu berseru marah. “Kalian takkan dapat pergi memasuki pondok itu kecuali melalui mayatku!”
Manusia sombong, kalau begitu mampuslah engkau!” Bu Kok Tai yang sudah marah sekali itu membentak, tubuhnya menerjang ke depan, tangan kanannya yang besar mencengkeram.
Mendengar bunyi tulang-tulang jari tangan itu berkerotokan, maklumlah Co”a Leng Bu bahwa Koksu ini memiliki tenaga yang hebat.
Maka cepat ia mengelak ke samping sambil memukul dari bawah menghantam dengan pengerahan tenaga Jit-goat-sin-kang.
“Desss!” Tubuh Coa Leng Bu terjengkang ketika Bu-koksu menangkis hantaman itu dengan tenaga sin-kang yang jauh lebih lihai dan kuat.
“Engkau bosan hidup!” Tiba-tiba Ang Hok Ci, siucai murid Koksu meloncat dan menggunakan kakinya menginjak ke arah perut kakek itu dengan pengerahan tenaganya.
Injakan maut ini tentu akan menghancurkan isi perut. Akan tetapi Coa Leng Bu dalam usahanya menghalangi mereka mengganggu kedua orang muda di dalam pondok, tidak mau menyerah begitu saja. Cepat ia…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader