BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dia sedang sakit. Buktinya adalah bahwa, seperti yang dikatakan gadis jelita itu, dia lupa sama sekali akan riwayat hidupnya, lupa akan ayah bundanya dan lupa akan gurunya.
Hal ini memang tidak mungkin terjadi kalau dia tidak menderita sakit kehilangan ingatan! Coa Leng Bu mempersilakan Han Ki rebah telentang di atas rurnput, kemudian ia mulai memeriksa denyut nadi.
Mendengarkan detak jantung, memeriksa mata dengan membuka kelopaknya. “Taihiap, kalau boleh, aku hendak mengambil sedikit darahmu untuk diperiksa.” “Silakan!” Han Ki menjawab.
Dengan sebatang jarum emas, kakek itu menusuk ujung jari tangan kiri Han Ki, sehingga ada beberapa tetes darah keluar dari luka kecil itu.
Darah itu ditampungnya di atas sehelai daun yang berwarna putih, kemudian dibawanya ke tempat panas sehingga dia dapat memeriksa dengan jelas di bawah sinar matahari.
Darah itu diperiksa, diamat-amati, dicium, bahkan dijilat dengan lidahnya. Semua perbuatannya itu diikuti penuh perhatian oleh Han Ki yang sudah membereskan pakaian dan duduk kembali di atas rumput.
Sedangkan Siauw Bwee tak pernah melepaskan pandang matanya dari suhengnya dengan hati penuh keharuan.
Menyaksikan sikap pemuda ini yang berubah sama sekali seolah-olah dia menghadapi seorang asing, akan tetapi wajah, bentuk badan dan setiap gerak-gerik pemuda itu dari matanya mengerutkan alis.
Sinar matanya yang tajam itu, mulut yang membayangkan kedukaan, dia tidak meragukan lagi bahwa pemuda ini adalah suhengnya. Di antara sejuta orang pemuda, tak mungkin ada satu yang menyamai suhengnya itu!
“Bagaimana, Coa-lopek?” Han Ki bertanya setelah kakek itu kembali menghampiri mereka. “Tidak berat, bukan?” Siauw Bwee juga bertanya.
Coa Leng Bu menghela napas panjang. “Racun itu mengandung hawa panas luar biasa. Hawanya sudah naik ke atas sehingga menutup semua ingatan Taihiap.
Sayang bahwa satu-satunya akar obat yang mengandung hawa dingin tidak bisa kudapatkan di daerah ini.
Aku hanya dapat memberi obat untuk melenyapkan racun sedikit demi sedikit dari darah Taihiap, akan tetapi hawa panas yang menutup ingatan…. ahh, aku harus mencari akar itu.
Dan adanya hanya di daerah kutub utara!” Siauw Bwee terkejut sekali sedangkan Han Ki hanya mendengarkan dengan tenang, karena dia masih belum percaya sepenuhnya.
“Supek, kalau hawa itu timbul karena hawa panas tidakkah dapat dilawan dengan tenega Im-kang? Aku bisa menyalurkan tenaga Im-kang ke dalam kepala Suheng untuk melawannye.
Bahkan Suheng sendiri memiliki Im-kang yang jauh lebih kuat dari aku, tidakkah Im-kang itu dapat mengusir hawa panas itu?” Coa Leng Bu menggeleng kepala.
“Kalau yang terserang hawa itu di dalam tubuh, memang mungkin dapat diusir dengan Im-kang yang amat kuat, akan tetapi tidak baleh digunakan ke dalam kepala karena berbahaya sekali.
Kepala merupakan tempat yang amat panting dan sekali ada bagian yang terguncang, bahayanya akan lebih dahsyat lagi, mungkin dapat merenggut nyawa.
Tidak, Lihiap, usaha itu sama sekali tidak boleh dilakukan!” “Habis, bagaimana….?” Siauw Bwee bertanya, bingung. Mencari akar …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader