BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Hanyalah seorang pencuri hati, pencuri wanita-wanita cantik seperti Nona….” “Engkau laki-laki cabul!”
“Aku hanyalah seorang laki-laki cabul yang berterus terang, tidak seperti semua laki-laki cabul yang menyembunyikan kecabulannya di balik kemunafikan mereka.
Nona, aku tergila-gila kepadamu, akan tetapi aku tidak memaksamu. Aku seperti seekor kumbang yang tertarik akan madu manis yang terkandung dalam setangkai kembang.
Engkaulah kembang itu dan aku hanya mengharapkan engkau membukakan kelopak bungamu kepadaku. Aku mengharapkan sari madu cintamu, kubeli dengan kebebasan engkau dan suhengmu.
Bukankah ini sudah adil namanya?” “Kalau engkau melanggar janji?” Suma Hoat mengangkat muka, alisnya berkerut dan matanya bersinar.
“Aku adalah seorang laki-laki, seorang jantan! Melanggar janji, apalagi terhadap seorang wanita cantik seperti Nona, merupakan pantangan besar bagiku!”
Yan Hwa merasa terjepit, tidak ada jalan keluar yang lebih baik. Kalau dia marah-marah dan menyerang orang ini, bahkan andaikata dia berhasil membunuhnya,
Hal yang masih harus diragukan karena Suma Hoat ini memiliki kepandaian yang tinggi pula, apakah untungnya bagi dia dan suhengnya?
Dia tentu akan dikepung, dan tanpa Li-mo-kiam di tangan, apalagi suhengnya masih ditawan, akhirnya mereka berdua hanya akan membuang nyawa sia-sia.
Kalau dia menurut…. ah, pemuda itu tampan dan gagah sekali, tidak kalah oleh Ji Kun. Teringat akan Ji Kun, dia membayangkan watak Ji Kun yang kadang-kadang juga mata keranjang.
Ketika mereka menawan seorang di antara gadis-gadis cantik dari kereta para siuli, bukanlah Ji Kun juga memperlihatkan kenakalannya?
Apa kata suhengnya itu? Hanya kulit yang bersentuhan, namun hati dan cintanya adalah miliknya! Hemm, kalau dia melayani permainan Suma Hoat.
Bukankah dia pun hanya mengorbankan kulit dan daging belaka, sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan hatinya yang mencinta Ji Kun seorang?
Apalagi kalau diingat bahwa “pengorbanannya” itu untuk menyelamatkan nyawa Ji Kun pula! “Bagaimana, Nona?” Suma Hoat mendesak. “Kalau aku menolak?”
“Tidak ada lain jalan kecuali memanggil para pengawal agar engkau ditawan pula dan bersama suhengmu diseret ke depan pengadilan.
Engkau tentu tahu bahwa aku tidak menakut-nakutimu kalau kuberi tahu bahwa hukuman bagi mata-mata adalah penggal kepala.”
“Kalau sekarang aku membunuhmu?” “Sama saja, engkau dan suhengmu juga akan mati konyol. Bagiku mati di tanganmu yang halus itu merupakan mati yang terhormat dan menyenangkan.
Silakan pilih, aku siap mendengar pilihanmu.” Yan Hwa merasa betapa jantungnya makin berdebar. Kamar ini begini indah.
Perabot-perabotnya serba mewah dan mahal, tempat tidur itu kelihatan amat menyenangkan dan tentu enak dipakai tidur, dan bau harum dari pembaringan itu menyentuh hidungnya.
Seperti kamar seorang puteri istana saja! Dan pemuda di depannya yang memandang dengan mata bersinar-sinar, dengan bibir tersenyum, merupakan calon teman yang menyenangkan……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader