BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bebaskan. Sambil tersenyum mengejek Maya lalu melontarkan anak-anak panah yang dapat ditangkapnya itu ke arah asalnya.
Terdengarlah pekik-pekik kesakitan disusul robohnya tubuh orang di dalam gelap ketika senjata-senjata itu makan tuannya sendiri! “Tangkap mata-mata!”
“Bunuh dia!” Teriakan-teriakan ini disusul serbuan banyak sekali pasukan yang menyerang Maya dengan macam-macam senjata, seperti hujan datangnya.
Namun Maya bersikap tenang, tubuhnya berkelebat ke kiri dan berbareng dengan robohnya dua orang oleh tamparan-tamparannya, tangannya sudah merampas sebatang pedang lawan.
Mulailah pendekar wanita yang sakti ini mengamuk, memutar pedang rampasannya dan terdengar suara nyaring berdentang ketika pedangnya menangkis banyak senjata.
Disusul pukulan-pukulannya dengan tangan kiri dan tendangan-tendangan kedua kakinya yang merobohkan banyak pengeroyok.
Tiba-tiba terjadi kegaduhan di sebelah kiri kuil tua dan tampak sinar kilat menyambar-nyambar. Itulah Can Ji Kun yang sudah menerjang keluar dan juga seperti Maya.
Pemuda ini telah disambut oleh pengeroyokan puluhan orang tentara musuh. Keadaan menjadi ramai dan kacau.
Apalagi ketika Yan Hwa juga cepat menyusul keluar di sebelah kanan kuil dan mengamuk dengan Pedang Iblis di tangannya.
Pasukan yang mengurung mereka itu ternyata juga telah dibagi-bagi sehingga tidaklah terjadi kepanikan di pihak mereka seperti diharapkan Maya.
Karena yang mengepung mereka berjumlah seratus enam puluh orang, dan kini dibagi menjadi empat regu, masing-masing dipimpin oleh perwira-per wira pengawal yang berkepandaian tinggi.
Sambutan pasukan yang besar jumlahnya ini mengejutkan Maya. Diam-diam ia merasa khawatir sekali kalau-kalau di antara para pengepung itu terdapat suhengnya.
Akan tetapi dia tidak mempedulikan lagi hal itu dan terus mengamuk sambil berusaha mencari lowongan untuk melarikan diri.
Dia maklum dengan penuh penyesalan bahwa dalam keadaan seperti itu di mana terdapat rahasia besar yang harus disampaikan kepada Pangeran Bharigan di Sian-yang.
Yang agar pasukan Mancu tidak masuk dalam perangkap yang dipasang oleh pimpinan Sung, dia atau seorang di antara mereka harus dapat lolos dan terpaksa mereka tidak dapat saling menolong.
Kalau saja tidak ada hal yang harus disampaikan ke Sian-yang itu, tentu dia akan mengamuk dan akan menolong anak buahnya, kalau perlu tewas bersama semua pembantunya.
Kwa-huciang dan Theng-ciangkun juga mengamuk sekuat mereka. Namun jumlah pengeroyok terlalu banyak, bahkan di antara para perwira pengawal terdapat orang-orang pandai.
Di antaranya terdapat Siangkoan Lee yang lihai. Biarpun kedua orang perwira pembantu Maya itu mengamuk dan berhasli merobohkan belasan orang pengeroyok.
Namun akhirnya mereka berdua roboh juga dan tewas di bawah hujan senjata pasukan Sung yang marah melihat betapa teman-teman mereka banyak yang tewas.
Di lain bagian dari pertempuran sebelah itu, Ji Kun mengamuk dengan pedang iblis di tangannya.
Dia seperti harimau yang haus darah, pedangnya berubah menjadi sinar kilat menyambar-nyambar yang mematahkan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader