BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mereka melalui ambang pintu depan yang sudah rusak, tiba-tiba terdengar suara berdesir sambung-menyambung dan belasan batang anak panah.
Dan senjata piauw menyambar ke arah mereka dari depan, kanan dan kiri. “Mundur!” Maya berkata setelah mereka berhasil mematahkan semua senjata rahasia itu.
Dengan pukulan dan kibasan tangan ke kanan kiri. Mereka meloncat mundur lagi dan Maya berkata perlahan, “Hati-hati, kita terkepung musuh. Jangan bergerak sebelum aku melihat keadaan.”
Biarpun keadaan mereka terkepung dan cuaca di luar masih gelap sehingga mereka terancam bahaya, namun sikap Maya tetap tenang.
Tiba-tiba terdengar bentakan dari luar, “Heiiiii! Kalian mata-mata Mancu! Menyerahlah, kalian telah terkepung dan tidak akan dapat lolos lagi!”
Maya sudah menyelinap dan tanpa mengeluarkan suara dia mengintai dari empat penjuru, kemudian dia kembali menghampiri empat orang pembantunya dan berkata, “Banyak sekali pasukan mengepung kita.
Kita harus menggunakan cuaca gelap ini untuk menerjang keluar dan melawan mati-matian. Kalau sudah terang, harapan kita tipis sekali untuk dapat lolos.
Kita akan berhadapan dengan perlawanan yang kuat, akan tetapi betapa pun juga, seorang di antara kita harus dapat lolos dan menyampaikan berita-berita penting itu kepada Pangeran.
Oleh karena itu, tidak boleh kita gagal semua, maka harus berpencar agar seorang di antara kita sedikitnya, dapat lolos dan sampai ke Sian-yang.
Ji-wi Ciangkun harap menyerbu dari pintu belakang dan aku sendiri akan menyerbu dari pintu depan. Ji Kun, kau menerobos dari jendela kiri, sedangkan Yan Hwa dari jendela kanan.
Dengan dipecah menjadi empat bagian, tentu kepungan mereka tidak begitu rapat lagi dan kalau untung kita baik, mudah-mudahan kita semua akan dapat lolos dengan selamat. Mengertikah semua?”
Mereka mengangguk. Memang, di antara mereka berlima, yang dapat dikatakan paling rendah kepandaiannya, sungguhpun sama sekali bukanlah rendah menurut ukuran umum.
Adalah Theng-ciangkun dan Kwa-huciang. Oleh karena itu, kedua orang ini disuruh menyerbu bersama.
“Sekarang, aku akan menyerbu lebih dulu ke depan. Kalau mereka sudah menyambutku, Ji Kun harus cepat menerjang ke kiri untuk mengacaukan mereka, kemudian Yan Hwa menyusul menyerbu ke kanan.
Sedangkan Ji-wi Ciangkun menyerbu paling akhir ke belakang.” Setelah para pembantunya mengangguk tanda mengerti dan setuju, Maya melangkah keluar dengan sikap tenang.
Dia tidak membawa senjata. Kalau dia berpakaian sebagai panglima, tentu saja pinggangnya selalu terhias sebatang pedang panjang.
Akan tetapi kalau dara ini berpakaian preman, tidak pernah memegang senjata dan hal ini tidaklah aneh kalau diingat bahwa seorang yang telah memiliki tingkat kepandaian seperti dia.
Tidak lagi membutuhkan senjata. Begitu tubuhnya muncul keluar, kembali ada belasan anak panah menyambar.
Namun sekali meraih, beberapa batang anak panah dapat ditangkisnya dan sebagian lagi runtuh terkena sambaran hawa pukulan tangannya yang diki…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader