BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mereka, Maya lalu menanyakan hasil penyelidikan kedua orang murid Mutiara Hitam.
“Kami berdua berhasil menyelundup ke dalam istana Pangeran Ciu Hok Ong,” Yan Hwa berkata dan dengan singkat dia menceritakan pengalamannya bersama Ji Kun.
Ketika mereka berdua menyamar sebagai pengganti siuli dan tukang kuda. Maya kagum bukan main akan kecerdikan kedua orang muda itu.
Juga merasa geli karena dapat membayangkan betapa lucunya pengahaman mereka itu. “Dan apa saja yang kalian dapatkan dalam penyelidikan kalian?” tanyanya setelah dia memuji.
“Hasil-hasil lainnya tidak begitu penting, akan tetapi ada dua buah berita yang tentu akan kauanggap hebat sekali,” kata Yan Hwa.
Maya mengerutkan alisnya, hatinya tidak enak. “Lekas katakan, berita apa itu?” “Pertama, dari perundingan antara Pangeran Ciu, Bu-koksu dan para panglimanya, mereka merencanakan untuk menjebak kita!
Mereka akan membiarkan pasukan-pasukan kita meninggalkan Sian-yang menyerbu Siang-tan, diam-diam mereka akan memotong jalan dan mengurung pasukan kita.
Di antara kedua kota itu dengan pengerahan bala tentara yang jauh lebih besar daripada pasukan kita,” Kwa-huciang dan Theng-ciangkun terkejut sekali mendengarkan berita yang amat penting itu.
Akan tetapi Maya mengangguk dan menjawab, “Memang hebat berita itu, dan amat penting, perlu segera kita hadapi dengan siasat lain, akan tetapi aku telah mendengarnya juga, Yan Wwa.
Biarpun dari sumber lain, aku pun telah tahu akan rencana siasat mereka itu. Berita ke dua apa lagi?”
“Berita ke dua ini lebih hebat lagi. Aku telah melihat…. Kam-susiok sebagai pengawal Bu-koksu!” “Apa….? Siapa….?”
Maya yang tadinya duduk di atas lantai, meloncat bangun dan mukanya berubah pucat. Yan Hwa maklum bahwa tentu Maya terkejut mendengar bahwa suhengnya berada di kota itu.
Bahkan menjadi pengawal Koksu musuh. “Aku melihatnya sendiri, dan untung bahwa aku mengintai dari bawah, di dalam air, karena kalau sampai Kam Han Ki-susiok melihatku, tentu aku akan celaka.”
Maya termenung dan teringat akan keadaan Suma Hoat. Melihat betapa pemuda lihai itu terkena pukulan yang amat hebat.
Dia percaya bahwa penglihatan Yan Hwa tentu tidak keliru dan yang melukai Suma Hoat tentulah suhengnya sendiri, Kam Han Ki!
Yang membuat dia terheran-heran adalah kenyataan bahwa suhengnya itu dahulunya jelas membantu pasukan Yucen.
Sungguhpun bukan sebagai petugas resmi, mengapa sekarang tahu-tahu menjadi pengawal Bu-koksu dari Kerajaan Sung?
Apakah yang telah terjadi dengan suhengnya? “Kita harus kembali ke Sian-yang sekarang juga!” Tiba-tiba ia berkata, suaranya agak tergetar.
Betapa hatinya takkan gelisah kalau mendengar bahwa suhengnya berada di pihak musuh? Bagaimana kalau Kam Han Ki maju sebagai Panglima Sung?
Dapatkah dia berhadapan dengan suhengnya yang dicintanya itu sebagai musuh? Lima orang itu berjalan menuju ke depan kuil tua akan tetapi baru saja…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader