BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tubuh pemuda itu, membawanya ke dalam kamar tidur dan merebahkannya di atas pembaringan.
Sekali renggut robeklah baju yang menutup dada Suma Hoat dan setelah memeriksa sebentar, tahulah Maya bahwa pemuda itu terkena pukulan yang mengandung hawa Im-kang kuat sekali.
Dan tentu nyawanya akan terancam maut kalau tidak cepat ditolong. Maka dia lalu duduk bersila di atas pembaringan.
Menempelkan telapak kanannya di dada kanan pemuda itu sambil mengerahkan hawa sin-kang dari pusarnya melalui lengan.
Untuk melawan luka akibat pukulan Im-kang itu, dia mengobatinya dengan pengerahan Yang-kang. Mula-mula hawa yang hangat memasuki tubuh Suma Hoat.
Kehangatan yang makin lama menjadi makin panas mengusir hawa dingin yang dideritanya semenjak dia terkena pukulan itu.
Setelah lewat dua jam lebih, barulah wajah Suma Hoat yang pucat menjadi kemerahan dan napasnya menjadi normal kembali.
Ketika dia membuka matanya perlahan dan melihat tangan Maya menempel di dadanya, merasakan betapa hawa yang panas memasuki dadanya.
Mendatangkan rasa hangat mengusir rasa dingin yang hampir merenggut nyawanya tadi, Suma Hoat menjadi terharu sekali.
Dia menggerakkan tangan, meraba lengan Maya, membelai lengan itu dan berbisik, “Aku…. aku cinta padamu….”
Maya yang sedang rindu kepada suhengnya, selama mengobati tadi dia mendapatkan kesempatan untuk mengamati wajah pemuda ini dan jantungnya berdebar, menggelora.
Wajah pemuda itu tampan sekali membuat hatinya amat tertarik. Di antara pemuda yang pernah menyatakan cinta kasih kepadanya, harus ia akui bahwa Suma Hoat merupakan pria yang paling tampan.
Gejolak darah masa dewasa membuat muka Maya merah sekali, apalagi ketika mendengar bisikan Suma Hoat mengaku cinta begitu pemuda itu siuman.
Membuat jantungnya berdebar keras dan dia menarik kembali tangannya yang tadi dipakai mengobati dada pemuda itu agar belaian pada lengan yang membuat lengannya gemetar itu tidak sampai diketahui Suma Hoat.
“Suma Hoat, apa yang kaulakukan ini?” Maya membentak, akan tetapi seluruh tubuhnya terasa lemas sekali, bukan hanya karena dia tadi lama mengerahkan tenaga untuk mengobati pemuda itu.
Melainkan terutama sekali karena debar jantungnya membuat dia merasa aneh dan lemas, seperti dilolosi seluruh urat dari tubuhnya.
“Nona…. engkau telah menolong nyawaku, dan karena aku tidak tahan untuk menyimpan perasaan hatiku lebih lama, biarlah sekarang aku mengaku dan aku akan rela andaikata engkau marah dan membunuhku.
Nona, semenjak pertama kali aku memandangmu, aku telah jatuh cinta ketpadamu. Aku membantumu karena cinta….” Maya seperti terkena pesona.
Seluruh tubuhnya gemetar dan kedua matanya basah ketika pemuda itu kembali memegang lengannya yang dahaga akan cinta kasih.
Rindu dendamnya yang selalu ditahan-tahannya terhadap suhengnya, membuat hatinya seolah-olah menjadi sebatang tanaman kering.
Kini sikap dan bisikan Suma Hoat yang penuh getaran cinta kasih, seolah-olah merupakan embun pagi bagi hatinya, sejuk dan menyenangkan.
“Nona, aku cinta padamu…. aku bersumpah, aku mencintamu dengan hati tulus dan murni….”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader