BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ketika Ji Kun melepaskan pelukannya, gadis itu terhuyung ke belakang dan menangis. “Suheng! Engkau…. engkau….!”
Yan Hwa membentak marah tangannya meraba gagang pedang. “Eiiitt, Sumoi. Engkau cemburu?” “Tentu saja! Hanya sebegitukah cintamu kepadaku?
Engkau pernah tergila-gila kepada Enci Maya dan sekarang…. katakan, siapa yang kaucinta? Gadis ini?”
“Wah-wah, apakah engkau anak kecil? Tentu saja hanya engkau yang kucinta, sedangkan yang lain-lain termasuk gadis ini, hanya tubuhku saja yang tertarik, bukan hatiku.
Apakah engkau tidak mernbolehkan suhengmu bersenang-senang sedikit?” “Hemmm…. laki-laki ceriwis mata keranjang! Lihat saja nanti pembalasanku kalau ada kesempatan.
Eh, bocah, kami telah menyelamatkanmu dan sekarang bersembunyilah di sini. Jangan pergi ke mana-mana sebelum lewat hari ini atau engkau akan tertawan lagi dan mendapat hukuman. Kami pergi!”
Yan Hwa dan Ji Kun meloncat dan berkelebat pergi meninggalkan gadis itu yang menjadi ketakutan sekali dan menangis di antara semak-semak belukar di mana dia ditinggalkan seorang diri.
Dia seorang gadis yang lemah, dan biarpun dia kini telah dibebaskan, namun ditinggalkan seorang diri di tempat itu, tentu saja dia ketakutan dan tidak tahu ke mana harus pergi.
Untuk kembali ke kampungnya, dia tidak mengenal jalan.
Ketika beberapa orang anak buah pasukan pengawal mencari-cari sampai pagi dan tiba di pinggir hutan besar.
Tiba-tiba mereka melihat seorang wanita muda yang cantik sedang sibuk mengumpulkan kayu kering.
Wanita ini bukan lain adalah Ok Yan Hwa yang sengaja memperlihatkan sikap terkejut dan takut melihat datangnya tujuh orang pengawal berikut seorang perwira pengawal itu.
Dia menjerit, melepaskan kayu-kayu kering yang dikumpulkannya lalu melarikan diri. Tentu saja dia berlari biasa seperti lari seorang gadis lemah dan sebentar saja ia telah tertangkap.
Kedua lengannya dipegang dari kanan kiri oleh dua orang pengawal. “Ha-ha-ha-ha, engkau hendak lari ke mana?” Seorang di antara mereka berkata. “Ehhh….! Ini bukan dia!”
Perwira pengawal berseru kaget setelah melihat Yan Hwa. “Dia hanya seorang gadis dusun, akan tetapi…. hemmm, aku berani bertaruh dia tidak kalah cantik menarik daripada siuli yang lenyap tadi!”
“Benar, dia jelita sekali!” Para anak buahnya berkata dan semua mata memandang Yan Hwa dengan kagum.
Kedua pipi Yan Hwa menjadi merah dan dia pura-pura meronta sambil berteriak, “Kalian siapakah? Mengapa aku ditangkap?”
“Anak baik, engkau tinggal di mana?” Perwira itu bertanya. “Aku tinggal di sebuah dusun di luar hutan di seberang sana. Aku mencari kayu bakar untuk di jual….”
Yan Hwa menjawab ketakutan, matanya yang indah bening terbelalak. “Apakah engkau melihat orang-orang di dalam hutan besar ini?” Yan Hwa menggeleng kepala……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader