BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bahwa engkau bukanlah seorang sekutu Kerajaan Mancu?” Setelah bertanya demikian, sambil menanti jawaban Maya memandang dengan sinar mata tajam.
Yang seolah-olah menembus dan menjenguk isi hati pemuda itu. Suma Hoat merasa silau dan karena memang dia tidak menyembunyikan sesuatu.
Memang perasaannya terhadap gadis itu sudah jelas dan wajar, maka dia menentang sinar mata tajam itu sambil menjawab dengan hati terbuka sehingga suaranya tenang dan jujur.
“Aku sengaja membantumu bukan karena engkau mata-mata Mancu, Nona, juga bukan karena dalih dan pamrih apapun juga, melainkan semata-mata karena aku ingin membantumu.
Karena aku kagum kepadamu, dan karena ada dorongan di hatiku yang membuat aku ingin berkorban apa juga demi untukmu. Nah, sampai jumpa!”
Suma Hoat membalikkan tubuhnya tanpa menanti reaksi dari pertanyaannya yang hampir membuka rahasia hatinya itu.
Dia sudah nekat dan pasrah andaikata gadis itu menjadi marah dan menyerangnya. Akan tetapi, tidak terjadi sesuatu sehingga ketika tiba di luar rumah.
Hati Suma Hoat lega bukan main, bukan lega karena dia tidak diserang atau dibunuh, melainkan lega penuh harapan karena kalau gadis itu tidak marah, berarti dia sudah menang separuh!
Memang Maya tidak berbuat sesuatu. Gadis itu telalu heran mendengar jawaban yang ia yakin bukan bohong itu.
Terlalu heran dan terlalu kaget sehingga dia hanya duduk melongo sampai pemuda itu lenyap dari depannya.
Barulah ia sadar dan menarik napas panjang. Gila! Putera Suma Kiat menaruh hati cinta kepadanya!
Hemmm, berkali-kali dia digoda cinta kasih pria, dari Can Ji Kun yang masih harus diragukan cin tanya yang mungkin palsu.
Sampai Pangeran Bharigan yang tak dapat diragukan lagi cinta kasihnya. Namun, mana mungkin dia memperhatikan.
Apalagi membalas, cinta kasih pria lain kalau hatinya sudah dia serahkan sebulatnya kepada suhengnya, Kam Han Ki?
Hampir Maya menitikkan air mata ketika ia teringat akan suhengnya, teringat betapa pertemuannya dengan suhengnya amat menyakitkan hati.
Dia sudah mengaku cinta, sudah rela meninggalkan semua ini, melupakan semua dendamnya, tidak lagi mencampuri urusan dunia, ikut sehidup semati dengan suhengnya di Pulau Es.
Memadu cinta sampai hayat meninggalkan raga, asal saja suhengnya tidak membagi kehidupan mereka berdua dengan kehadiran Siauw Bwee.
Akan tetapi, suhengnya tidak mau! Sungguh menyakitkan hatinya dan menurut patut, tidak seharusnya dia mati-matian mencinta orang yang begitu tak tahu dicinta!
Sudah sepatutnya kalau dia memperhatikan, mungkin membalas cinta kasih yang murni dari Pangeran Bharigan, atau memperhatikan sinar mata mengandung kasih yang begitu mesra dan menggairahkan.
Yang terpancar dari mata Suma Hoat! “Alhh, Suheng…., Suheng….!” Ia mengeluh, hatinya merintih, namun kekerasan hatinya membuat dia pantang menitikkan air mata.
Dan ia melupakan kedukaan hatinya dengan mencurahkan pikiran kepada tugasnya sebagai mata-mata. Apa pun yang akan terjadi dengan gejolak hatinya.
Yang terang saja pekerjaannya akan berhasil baik dengan bantuan seorang putera jenderal!
Bahkan kalau dia bisa mempengaruhi Suma Hoat untuk membujuk Jenderal Suma Kiat membantu penyerbuan pasukan Mancu dari dalam kota Siang-tan! Tentu akan mudah…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader