BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Guncang jantungnya itu melompat pergi, Suma Hoat cepat meloncat pula mengejar. “Apakah dia mata-mata?” tanya Siangkoan Lee.
“Mata-mata hidungmu!” Suma Hoat memaki. “Dia sahabatku! Katakan kepada Ayah nanti aku datang menghadap!”
Tanpa menoleh Suma Hoat melanjutkan pengejarannya terhadap bayangan hitam yang meloncat-loncat ke atas genteng rumah-rumah penduduk itu.
“Heii, Nona! Tunggu, aku mau bicara….!” Maya mengerutkan kening. Kalau dia menggunakan gin-kangnya, biar pemuda itu memiliki kepandaian tinggi, tak mungkin pemuda itu dapat menyusulnya.
Juga kalau dia menghadapi pemuda itu, biarpun dia tahu bahwa pemuda itu cukup lihai namun dia percaya akan dapat membunuhnya.
Akan tetapi, kalau hal itu terjadi, Si Pemuda tentu akan mengejar dan berteriak-teriak, dan kalau sampai dia kedapatan oleh para penjaga, padahal malam telah hampir pagi, dia bisa celaka.
Maya mengigit bibir menahan kesabaran hatinya, demi keselamatannya sendiri. Mengingat bahwa pemuda ini adalah putera Suma Kiat yang amat dibencinya.
Ingin dia menggerakkan pedang membunuhnya! Dia terpaksa berhenti dan membalikkan tubuh. “Engkau mau bicara apakah?”
Kebetulan sekali mereka berhenti di atas genteng rumah yang terkena sorotan sinar dari bawah sehingga wajah dara itu tampak jelas di bawah sinar remang-remang.
Sekali lagi jantung di dalam dada Suma Hoat seperti jungkir-balik. Wajah ini…. luar biasa cantiknya.
Kecantik jelitaan yang aneh, asing dan belum pernah selama hidupnya ia bertemu dengan seorang gadis berwajah seperti ini.
“Nona, maafkan aku…. setelah Nona tadi menolongku, bagaimana aku dapat membiarkan kau pergi begitu saja sebelum aku menghaturkan terima kasih?”
“Aku tidak mengharapkan terima kasih,” jawab Maya singkat. “Akan tetapi, setelah Nona menolongku, tidak mungkin aku bersikap begitu tak kenal budi.
Setidaknya, harap Nona sudi berkenalan. Namaku Suma Hoat, dan siapakah Nona yang cantik jelita seperti bidadari namun berkepandaian setinggi langit?”
Berkerut alis Maya. Laki-laki ceriwis, pikirnya, sungguhpun dia harus mengakui bahwa putera Jenderal Suma Kiat ini ternyata amat tampan, suaranya halus gerak-geriknya menarik.
“Aku melihat seorang dikeroyok, lalu datang membantu. Hal itu biasa saja, aku melakukannya bukan untuk memancing terima kasih, bukan pula mengharapkan perkenalan. Sudahlah….!”
Melihat gadis itu sekali mencelat melayang ke wuwungan di depan, Suma Hoat terkejut dan takut kalau-kalau takkan dapat bertemu lagi, maka dia pun cepat mengejar sambil berseru,
“Nona, tunggu….!” Maya berhenti dan membalikkan tubuh, membentak, “Engkau mau apa lagi?” Suma Hoat kini sudah tergila-gila benar menyaksikan sikap yang demikian keras.
Sifat yang liar dan penuh kewibawaan, namun juga amat manis. Maka dia mengambil keputusan untuk dapat berkenalan dengan dara ini.
Cinta kasihnya yang pertama terhadap Ciok Kim Hwa putus, kemudian cinta kasihnya yang kedua, cinta kasih murni terhadap Khu…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader