BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mengurung lima orang ini dan terjadilah pertandingan yang jauh berbeda dengan perkelahian antara dua orang tadi.
Pertandingan sekali ini adalah pertempuran sesungguhnya, bahkan mati-matian karena kalau Maya berlima tidak akan menyerah sampai mati.
Adalah para pimpinan pasukan itu ketika menyaksikan kelihaian lima orang itu menjadi makin curiga bahkan hampir yakin bahwa lima orang itu tentulah mata-mata musuh.
Pengepungan dilakukan ketat sekali, namun Maya, Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa melayang naik, membobol langit-langit dengan kepandaian mereka.
Dan dari atas mereka melempar-lemparkan genteng ke bawah untuk membantu Kwa-huciang dan Theng-ciangkun yang menerjang keluar melalui pintu.
Kepandaian kedua orang panglima pembantu Maya ini hebat sekali, terutama Kwa-huciang yang hanya tinggal sebelah lengannya.
Panglima yang setia ini semenjak lengannya buntung, menerima gemblengan ilmu dari Maya sehingga dia malah lebih lihai daripada sebelum lengannya buntung sebelah.
Kacau-balaulah pihak tentara Sung. Dari atas ada hujan genteng yang dilepas dengan sambitan keras sekali, siapa yang terkena pasti roboh dengan kepala pecah atau tubuh terluka parah.
Sedangkan dua orang laki-laki itu mengamuk seperti dua ekor singa. Akhirnya kedua orang itu berhasil membobol keluar dari gedung itu dan ternyata malam hari itu.
Di seluruh kota terjadi geger karena penyergapan di tempat-tempat pengungsi yang dilakukan serentak.
Kepanikan penduduk dan kegelapan malam membuka kesempatan baik bagi Kwa-huciang dan Theng-ciangkun sehingga dengan berpencar mereka akhirnya dapat melarikan diri dari para pegejarnya.
Maya, Yan Hwa dan Ji Kun yang berada di atas genteng, segera diserbu oleh anak panah yang dilepas oleh para anggauta pasukan panah dari bawah.
“Kita berpencar,” Maya cepat berkata setelah meruntuhkan semua anak panah yang menyambar ke arahnya seperti yang dilakukan oleh dua orang pembantunya pula,
“Jangan lupa, pada hari yang ditentukan berkumpul di kuil tua itu!” Setelah berkata demikian, sekali tubuhnya melesat, Maya telah lenyap dari situ ditelan kegelapan malam.
Ji Kun dan Yan Hwa juga cepat menggunakan gin-kang mereka, berloncatan di atas rumah-rumah penduduk kota dan menghilang.
Maka gegerlah keadaan kota, pasukan-pasukan dikerahkan untuk mencari lima orang mata-mata musuh itu.
Dengan gerakannya yang luar biasa cepatnya, Maya lari seorang diri ke arah timur. Selama dia menjadi panglima, dara perkasa itu tiada henti-hentinya melatih diri dengan ilmu silatnya.
Bahkan kecerdasannya membuat dia mampu mengembangkan dan memperbaiki jurus-jurus simpanannya.
Sehingga dari jurus-jurus ilmu silatnya dia dapat menciptakan banyak sekali jurus silat yang aneh dan juga amat lihai.
Dari banyak pertandingan yang dialaminya ketika berperang melawan musuh, dia dapat menemukan banyak gerakan-gerakan aneh dari macam-macam lawan dan semua ini ditampungnya.
Diolah dan karena dia berbakat mencipta, maka tanpa disadari, Maya telah memperoleh kemajuan pesat dalam ilmu silatnya.
Apalagi ketika ia menerima buah sian-tho dari Pangeran Bharigan, semacam buah yang langka, yang didapat jauh dari utara dekat kutub dan merupakan barang pusaka dari Kerajaan Mancu.
Maka dara ini memperoleh tenaga sin-kang yang dahsyat. Buah sian-tho ini bagi…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader