BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Di setiap kesukaan akan terasa lebih nikmat apabila dinikmati bersama.
Hal ini akan dapat dirasakan oleh setiap orang dalam sebuah keluarga yang penuh cinta kasih, di mana setiap kedukaan menjadi ringan dan setiap kesukaan menjadi besar.
Karena selalu dirasakan oleh seluruh keluarga yang mengandung cinta kasih di dalam hati masing-masing.
Percakapan antara tiga orang laki-laki tua di sebelah kirinya amat menarik hati Maya dan empat orang kawannya.
Mereka itu bercerita tentang keributan di dalam gedung kepala daerah kota Sian-yang, di mana Koksu Negara menjadi tamu.
Keributan yang ditimbulkan oleh seorang dara perkasa yang bertanding melawan pengawal-pengawal Koksu, bahkan yang berhasil membunuh pengawal Koksu yang paling terkenal, yaitu Panglima Dampit.
Maya saling pandang dengan teman-temannya, dan berbisiklah Ok Yan Hwa, “Tentu dia itu orangnya….” Maya dan yang lain-lain mengangguk.
Mereka sudah mendengar penuturan Ok Yan Hwa betapa ada seorang gadis lihai bukan main yang hendak kabur keluar dari kota Sian-yang di malam hari dan dalam pengepungan terhadap dara lihai itu.
Yan Hwa sendiri tidak berhasil mengalahkannya. Tadinya Maya juga terheran, akan tetapi ketika mendengar bahwa Yan Hwa baru bertanding beberapa gebrakan saja melawan pelarian itu.
Dia masih belum yakin benar akan ada seorang gadis yang dapat menandingi Yan Hwa. Akan tetapi ketika sekarang mendengar bahwa gadis itu dapat membunuh Panglima Dampit.
Dalam pertandingan kelihaian Panglima Dampit, yang amat terkenal dan sukar dikalahkan itu, dan kini dua orang dampit yang lihai itu tewas di tangan gadis itu.
Diam-diam terbayanglah wajah sumoinya, Khu Siauw Bwee di dalam mata Maya, Yan Hwa melihat dara itu di dalam gelap sehingga tidak dapat menceritakan dengan jelas bagaimana wajah gadis itu.
Akan tetapi, melihat keadaannya, seorang gadis cantik yang mampu mengalahkan Panglima Dampit, di dunia ini sukar sekali didapat.
Bahkan Yan Hwa sendiri belum tentu akan mampu mengalahkan dua orang dampit itu, dan kalaupun ada agaknya hanya dia sendiri atau Siauw Bwee!
Dia lalu berbisik kepada Ji Kun. Pemuda ini mengangguk lalu mendekati orang-orang yang sedang bicara tentang peristiwa di gedung yang ditinggali Bu-ciangkun itu, kemudian bertanya
“Lopek, benarkah Panglima Dampit terbunuh oleh seorang gadis? Betapa anehnya dan sukar dipercaya. Siapa yang tidak mengenal kelihaian Panglima Dampit?”
Kakek itu memandang Ji Kun dan mengerutkan alisnya.
“Memang benar dia lihai sekali akan tetapi menurut penuturan keponakanku yang menjadi pengawal dan pada waktu itu menyaksikan sendiri pertandingan itu.
Panglima Dampit benar-benar tewas dalam keadaan mengerikan di tangan gadis yang mempunyai kepandaian seperti dewi itu.”
“Aih, sungguh hebat dan menarik sekali. Lopek, untuk melupakan kesengsaraan kita, sukakah kau menceritakan kejadian itu?
Si Dampit adalah panglima betapa mungkin sampai terbunuh, dan bagaimana dengan Koksu dan panglima-panglima lainnya?”
Dengan wajah gembira karena mendapat kesempatan menceritakan peri…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader