BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pangeran Bharigan. “Oleh karena itu, kita pun jangan tergesa-gesa melakukan penyerangan.
Sambil memberi waktu kepada para anak buah pasukan untuk mengaso, sebaiknya kalau kita mengirim mata-mata untuk menyelidiki keadaan mereka.
Kita harus mengetahui kelemahan-kelemahan mereka di samping kekuatan mereka agar pukulan kita tidak akan gagal.”
“Sebaiknya demikian, Pangeran. Akan tetapi, untuk menyelidiki kota besar yang merupakan benteng kuat itu, tidaklah mudah, aku akan menyamar.
Oleh karena itu, saya mohon perkenan Pangeran untuk pergi menyelidiki sendiri, dengan beberapa orang pembantu yang berkepandalan cukup tinggi.” Pangeran Bharigan mengangguk-angguk.
Memang sebaiknya begitu dan kalau panglima wanita yang sakti itu pergi menyelidiki sendiri, tentu hasilnya akan jauh lebih baik daripada mengirim penyelidik biasa.
Biarpun hatinya khawatir kalau-kalau wanita perkasa yang menarik hatinya dan diharapkan dapat menjadi calon isterinya itu mengalami malapetaka.
Namun dia tahu bahwa merupakan pantangan bagi Maya untuk bersikap penakut. “Saya tidak dapat menolak permintaanmu, Li-ciangkun.
Kalau memang kau anggap penting bahwa engkau sendiri yang pergi, terserah. Silakan memilih pembantu-pembantumu, dan apakah perlu dengan pasukan?” Maya menggeleng kepala.
“Saya hanya memerlukan bantuan Ok Yan Hwa, Can Ji Kun, Kwa-huciang dan Theng-ciangkun. Kami berlima akan menyamar sebagai pengungsi dan memasuki kota Siang-tan.
Besok pagi-pagi kita berangkat. Kalau Pangeran setuju, kuharap kalian berempat suka bersiap-siap malam ini.”
Pangeran Bharigan menyetujui dan bersiaplah lima orang itu. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali di waktu cuaca makin gelap, mereka menyelundup keluar dan menyaar dengan berpakaian sebagai penduduk biasa.
Membawa buntalan pakaian, kemudian menyelinap di antara rombongan pengungsi yang berbondong-bondong menuju ke Siang-tan.
Tidak begitu banyak yang memasuki kota Siang-tan, karena sebagian pengungsi ada yang berhenti di dusun-dusun dan kota-kota sebelum mencapai Siang-tan.
Perjalanan jauh membuat pakaian dan rambut mereka kusut sehingga kecantikan Ok Yan Hwa, terutama sekali Maya, tidaklah begitu menonjol.
Apalagi mereka sengaja membiarkan sinar matahari membakar kulit muka dan tangan mereka yang biasanya halus dan putih kuning itu, sehingga dengan menyamar begini mereka tak di kenali.
Kulit mereka menjadi kecoklatan seperti kulit para wanita petani. Pula, di antara para pengungsi terdapat pula wanita-wanita bangsawan dan hartawan.
Yang dalam perjalanan mengungsi itu tak pernah lupa untuk bersolek, sehingga dipandang sepintas lalu, Yan Hwa dan Maya yang membiarkan kulit mereka dihanguskan matahari.
Membiarkan pakaian dan rambut mereka kusut, tidak kelihatan cantik luar biasa. Ketika memasuki pintu gerbang sebelah utara bersama rombongan pengungsi.
Maya dan empat orang pembantunya melihat betapa penjagaan di sepanjang tembok kota amat kuat dan rapi.
Para penjaga berbaris dengan lapisan yang ketat, sedangkan setiap orang pengungsi diawasi dengan cermat, bahkan kereta-kereta yang masuk diperiksa dan pengungsi yang membawa senjata dirampas.
Diam-diam Maya harus mengakui bahwa penjagaan bagian pintu gerbang di kota Siang-tan ini jauh lebih kuat daripada penjagaan di kota Sian-yang.
Dan di atas tembok kota penuh pula dengan pasukan penjaga yang selalu siap dengan busur dan anak panah mereka.
Juga di sekeliling tembok dipasangi jebakan-jebakan dengan barisan-barisan pendam yang tidak tampak dari jauh. Semua ini dicatat dalam hati oleh Maya. …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader