BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Cintaku takkan pernah padam dan harapanku takkan pernah musnah. Aku akan menanti, siapa tahu…., Thian akan menaruh iba kepadaku….
Dan kelak…. kelak kita masih akan dipertemukan kembali dengan harapan baik bagiku…. selamat tinggal.”
Tubuh Suma Hoat melesat cepat meninggalkan tempat itu, dan Siauw Bwee berdiri termangu-mangu, menghela napas panjang.
Teringat ia kepada Yu Goan, pemuda tampan gagah perkasa yang juga jatuh cinta kepadanya dan terpaksa ditolaknya pula.
Akan tetapi, hatinya tidak seberat ketika menghadapi pernyataan cinta kasih Suma Hoat. Diam-diam dia harus mengaku di dalam hatinya bahwa andaikata Suma Hoat bukan putera Suma Kiat.
Agaknya tidak sukar baginya untuk memperhatikan pernyataan cinta kasih pemuda itu! Andaikata….!
“Khu-lihiap, apa yang kaulakukan malam-malam di sini? Hawanya begini dingin….” Siauw Bwee sadar dari lamunannya dan membalikkan tubuh.
“Ah, aku tak dapat tidur, Supek.” “Sebaiknya tidur sekarang, besok kita berangkat pagi-pagi. Aku akan membicarakan rencana kita dengan Sute karena dia agaknya lebih mengenal keadaan kota Siang-tan.
Agar lebih mudah kita memasuki kota yang menjadi benteng pertahanan pasukan Sung itu.” “Dia sudah pergi, Supek.”
“Apa? Siapa maksudmu?” “Suma-twako, dia sudah pergi.” Setelah berkata demikian, Siauw Bwee kembali ke penginapan dan memasuki kamarnya.
Coa Leng Bu masih tidak percaya dan membuka pintu kamar sutenya.Ternyata kamar itu telah kosong. Dia hanya melongo dan tidak mengerti.
Diam-diam ia menghela napas dan menduga bahwa tentu terjadi sesuatu antara Siauw Bwee dan sutenya itu, akan tetapi dia tidak tahu apa yang terjadi dan tidak berani bertanya.
Ia pun lalu memasuki kamarnya dan tidur. Pasukan Mancu yang menduduki kota Sian-yang dipimpin sendiri oleh Pangeran Bharigan.
Dan tentu saja karena jasa Pasukan Maut yang dipimpin oleh Panglima Wanita Maya maka benteng itu dapat direbut dengan mudah.
Setelah berhasil menduduki kota dan mengamankan keadaan, Pangeran Bharigan mengadakan pesta untuk merayakan kemenangan Pasukan Mancu.
Jasa Maya dan pembantu-pembantunya, terutama kedua orang murid Mutiara Hitam, dipuji-puji oleh Pangeran Bharigan yang biarpun cintanya ditolak Maya.
Masih selalu mengharapkan perubahan hati dara itu. Biarpun keadaan mengharuskan dia bergembira, namun Maya merasa masih belum puas.
Apalagi kalau dia mengingat akan suhengnya yang tempo hari membantu pasukan Yucen. Dia tidak akan merasa puas kalau belum menumpas Kerajaan Sung.
Untuk membalas dendam kematian Menteri Kam Liong, kemudian menumpas bangsa Mongol dan Yucen untuk membalas kematian ayah bundanya, Raja dan Ratu Khitan……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader