BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menghampirinya dan tiba-tiba orang itu menjatuhkan diri berlutut di depannya. “Nona…. engkau benar-benar datang…. terima kasih kepada Thian….!
Betapa hatiku menggetarkan suara merindumu, memanggilmu…. dan ternyata engkau dapat menangkap getaran ini…. ahhh, Nona, adakah…. adakah harapan di hatiku yang kering ini?”
Siauw Bwee terbelalak memandang ketika sadar kembali dan terbebas dari hikmat keajaiban malam dan mengenal orang itu yang bukan lain adalah Suma Hoat.
Hampir dia menjerit kalau saja tidak cepat-cepat dia mendekap mulut sendiri dengan telapak tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mendekap dada kiri seolah-olah menahan debaran jantungnya.
“Ihhh…. engkau…. engkau…. apa maksudmu? Apa artinya semua ini….?” Suma Hoat yang sudah tergila-gila itu menjatuhkan diri menelungkup dan mencium ujung sepatu Siauw Bwee.
Gadis itu menjadi makin sadar dan cepat melompat ke belakang. “Suma Hoat! Apakah engkau sudah gila?” bentaknya.
“Nona Khu Siauw Bwee, memang aku sudah gila. Tidak dapatkah engkau menangkap kegilaanku dari suara sulingku.
Dari sinar mataku kalau memandangmu, dan debar jantungku kalau mendengar suaramu, dari….” “Kau…. kau gila….!” Siauw Bwee membentak, wajahnya menjadi merah sekali.
“Benar, aku gila, aku tergila-gila kepadamu, Nona. Aku cinta padamu…. biarlah kaubunuh aku kalau kau merasa terhina, aku rela mati di tanganmu, aku cinta padamu, Khu Siauw Bwee,”
Suma Hoat berkata sambil berlutut, sekali ini, tidaklah seperti kalau dia merayu wanita. Belum pernah dia merendahkan diri seperti itu, biasanya dia malah angkuh sekali berhadapan dengan wanita.
Dan baru dua kali ini selama hidupnya dia mengaku cinta dengan setulus hatinya. Melihat sikap ini, lenyaplah kemarahan dari hati Siauw Bwee.
Dia terharu karena sikap laki-laki ini jelas bukanlah rayuan kosong belaka! Timbul pertentangan di hatinya, antara kasihan yang menimbulkan keharuan dan kebencian.
Karena mengingat bahwa pria ini adalah putera musuh besarnya. “Suma Hoat, cukuplah sikapmu yang gila ini. Aku tidak mau menerima cintamu, tidak bisa menerima cinta siapapun juga.”
Suma Hoat memejamkan matanya. Aihh, tidak…. tidak….! Apakah dia harus kembali mengalami kegagalan cinta! Cinta yang tulus ihklas.
Cinta yang bukan terdorong berahi semata, melainkan cinta karena daya tarik dari seluruh pribadi wanita itu? “Kau…. kau…. sudah mencinta orang lainkah….?” tanyanya lemah.
“Bukan urusanmu itu, Suma Hoat, dengarlah, kalau aku tidak melihat sikapmu yang baik, tentu sudah sejak kemarin aku mencarimu dan membunuhmu!” Suma Hoat terkejut bukan main.
Dia melompat bangun, memandang gadis itu dengan mata terbelalak lebar. “Nona, demikian besarkah dosaku? Demikian besarkah dosa seorang pria yang jatuh cinta kepada seorang wanita seperti Nona?
Sehingga timbul kebencianmu dan keinginanmu untuk membunuhku?” “Bukan karena itu, melainkan karena kenyataan bahwa engkau adalah…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader