BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Maaf, Twako. Suheng dan suci merahasiakan diri mereka sehingga aku tidak boleh menyebut nama mereka.
Harap kau suka memaklumi watak orang-orang aneh seperti mereka itu.” Suma Hoat kecewa akan tetapi dia mengangguk.
Heran sekali gadis ini sikapnya penuh rahasia, akan tetapi biarpun kecewa, dia tidak merasa menyesal!
Padahal biasanya dia merasa paling benci kalau menghadapi gadis yang angkuh. “Aku mengerti, Nona, dan maafkan kelancanganku bertanya tadi.
Bukan maksudku untuk mengetahui rahasia orang lain, akan tetapi…. aku kagum sekali kepadamu, maka timbul keinginanku untuk mengenalmu lebih baik dengan mengetahui riwayatmu. Maafkan aku.”
“Tidak apa, Twako, akulah yang minta maaf,” kata Siauw Bwee, tidak enak juga hatinya menyaksikan sikap yang amat ramah, sopan dan baik dari orang muda itu.
“Sute, sekarang aku ingin sekali bertanya kepadamu. Sesungguhnya karena hal inilah maka aku menantimu di sini. Bagaimana engkau dapat mengenal Koksu Negara Yucen dan rombongannya?”
Pertanyaan yang tiba-tiba datangnya ini mengejutkan hati Suma Hoat. Tak disangkanya bahwa suhengnya tahu akan hal itu.
Suhengnya sudah lama mengasingkan diri, tak mungkin mengenal Pek-mau Seng-jin sebagai Koksu Kerajaan Yucen.
Tak salah lagi, tentulah Khu Siauw Bwee yang mengenal kakek berambut putih itu, maka dia menjadi makin kagum dan heran.
Dara ini selain berilmu tinggi, juga agaknya berpemandangan luas dan berpengalaman dalam dunia kang-ouw. “Jadi Suheng sudah mengenal Koksu Yucen? Terus terang saja, Suheng.
Aku bekerja sama dengan Kerajaan Yucen dan bersekutu dengan Pek-mau Seng-jin.” Diam-diam Coa Leng Bu kagum akan ketepatan pandangan Siauw Bwee.
Dia melirik gadis itu yang bersikap tidak mengacuhkan, kemudian berkata, “Sute, aku tidak bermaksud untuk mencampuri urusan pribadimu.
Akan tetapi selagi negara dalam keadaan terancam mengadakan persekutuan dengan bangsa lain, bukanlah hal itu dipantang oleh orang-orang gagah?” Suma Hoat tersenyum.
“Untuk memberi pandangan tentang perjuangan bangsa, harus lebih dulu mengetahui keadaan sesungguhnya.
Suheng melihat sendiri betapa kerajaan terancam oleh pasukan-pasukan Mancu yang kuat sekali. Biarpun semua orang gagah membantu Kerajaan Sung, kiranya kerajaan itu takkan dapat dipertahankan lagi.
Jalan satu-satunya yang tepat adalah mengharapkan bantuan bala tentara Yucen dengan maksud menghadapi Mancu, bukanlah hal itu demi keselamatan negara kita?”
Diam-diam Siauw Bwee dapat mengerti kebenaran ini, dan Coa Leng Bu hanya menarik napas panjang.
“Aku tidak tahu tentang politik negara, Sute, hanya kuharap Sute tidak akan menyimpang daripada garis yang dilalui orang-orang gagah, jangan sampai kelak dikenal sebagai seorang pengkhianat bangsa.”
“Tidak mungkin, Suheng. Sampai mati pun aku tidak sudi menjadi pengkhianat. Kalau sekarang aku berbaik dengan Koksu Negara Yucen.
Hal itu semata-mata untuk menarik pihak Yucen menolong Kerajaan Sung yang terancam oleh pihak Mancu.”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader