BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Benda itu seperti berubah menjadi burung terbang, mengelak dari sambarannya, melayang ke atas dan jatuh di atas kepalanya.
“Hebat….! Ahhh, sungguh ajaib! Betapa mungkin kepandaian seorang murid keponakan jauh melampaui tingkat supeknya sendiri?
Nona, aku kagum sekali dan marilah kita saling menguji kepandaian kita. Aku akan merasa gembira sekali berkenalan dengan Nona setelah kitaa saling mengenal kelihaian masing-masing!”
Koksu berkata dan tubuhnya sudah mencelat ke depan Siauw Bwee. Hemm, biar akan menimbulkan geger, sekali ini dia akan memberi hajaran keras kepada orang yang telah pernah menawan dia bersama sucinya,
Maya. Pikiran ini membuat Siauw Bwee menjawab lantang. “Pek-mau Seng-jin, biarpun aku masih muda, sudah banyak aku mendengar namamu yang besar.” “Apa? Engkau sudah mengenal namaku?
Jadi engkau tahu siapa aku ini?” Koksu berambut putih itu bertanya, alisnya berkerut. Siauw Bwee tersenyum mengejek sambil mengangguk.
Alis putih itu makin berkerut. Celaka, pikir Pek-mau Seng-jin. Kalau gadis ini sudah mengenalnya, berarti tahu bahwa dia adalah Koksu dari Yucen, rahasia penyamaran dan perjalanannya telah terbuka!
Gadis ini harus ditarik sebagai sekutunya, atau…. kalau tidak mau, harus dienyahkan sebagai musuh yang berbahaya! Namun, sikap kakek itu masih tenang saja dan dia bertanya,
“Nona, engkau sudah mengenalku. Sudah sepatutnya kalau aku mengetahui siapakah engkau yang semuda ini telah memiliki kepandaian amat tinggi
“Aku seorang perantau. Sudah kukatakan bahwa aku tidak ingin bermusuhan dengan siapapun juga. Akan tetapi, kalian memaksa kami untuk bertanding.
Kami telah memenuhi permintaan kalian, hanya karena terpaksa, bukan sekali-kali untuk berkenalan. Nah, kita lanjutkan atau tidak?”
“Ha-ha-ha, pantas saja engkau angkuh dan tinggi hati, karena memang engkau lihai sekali. Biarlah, kita main-main sebentar dengan taruhan bahwa kalau engkau kalah.
Biarpun engkau tidak mau menjadi sahabat kami, engkau harus memperkenalkan namamu kepadaku. Bagaimana?”
“Aku tidak sudi berjanji apa-apa. Dengan pertandingan yang kaupaksakan ini, kalau aku kalah, terserah kepadamu mau berbuat apa.
Akan tetapi kalau engkau kalah dan tewas di tanganku, jangan menyalahkan aku!” “Aduh sombongnya!
Baiklah, Nona. Sudah lama aku tidak ketemu lawan yang setanding. Melihat cara engkau mengalahkan pembantuku, ternyata engkau cukup berharga untuk menjadi kawanku.
Bersiaplah engkau!” “Majulah!” Siauw Bwee sudah memasang kuda-kuda dengan kedua kaki tegak, agak terbuka dan kedua tangannya tergantung lemas di kedua samping tubuhnya.
Matanya tajam mengawasi lawan dan seluruh urat syaraf di tubuhnya siap menghadapi serangan yang bagaimanapun juga.
Melihat cara persiapan dan kedudukan tubuh dara itu, kembali Pek-mau Seng-jin kagum dan dia tidak berani memandang rendah.
Dara ini tentu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi sekali sehingga dapat…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader