BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ujung baju gadis itu, apalagi mengenai tubuhnya! Dan makin terheran-heran. Supek gadis ini tadi harus mengakui keunggulannya hanya dalam belasan jurus saja.
Bagaimana kini gadis ini menghadapi serangan-serangannya sampai tiga puluh jurus lebih tanpa membalas sama sekali, mempermainkannya seperti seorang dewasa mempermainkan anak kecil?
Kalau tidak ingat bahwa di situ ada Koksu dan para rekannya yang menjadi penonton, tentu panglima tinggi besar yang masih pakai penutup kepala ini sudah mengeluarkan senjatanya.
Akan tetapi hal itu tidak mungkin dia lakukan di bawah pengawasan Koksu dan para rekannya karena tentu hal itu akan membuat dia menjadi makin rendah dan malu.
Maka kini ia hanya menggigit bibir dait melanjutkan serangan-serangannya dengan tenaga sin-kang Thai-lek-sin-kang!
Melihat pukulan-pukulan yang mengandung hawa sin-kang ini, Siauw Bwee maklum bahwa sudah cukup dia memperlihatkan kepandaiannya.
Dia meloncat mundur, memasang kuda-kuda dan sengaja menyambut pukulan kedua tangan lawannya tadi. Melihat ini, Coa Leng Bu terkejut sekali.
Dia tahu akan kehebatan ilmu silat murid keponakannya, akan tetapi menghadapi pukulan-pukulan orang yang bernama Thai Lu Bauw begitu saja.
Benar-benar amat berbahaya karena tenaga sin-kang Si Tinggi Besar itu amat kuat. Sebaliknya, Dailuba girang sekali melihat gadis itu berani menerima pukulannya.
Tanpa menggunakan langkah-langkah aneh untuk mengelak seperti tadi, maka dia mengerahkan seluruh tenaganya dalam dorongan kedua lengannya itu.
Siauw Bwee tidak berniat membunuh lawannya, akan tetapi kalau sampai dia tidak berani menerima pukulan sin-kang ini, tentu orang-orang itu menyangka takut.
Oleh karena itu, dia tidak mengelak, bahkan kini dia mendorongkan kedua lengannya ke depan menyambut datangnya pukulan jarak jauh yang amat dahsyat ini.
Diam-diam dia menggunakan sin-kang yang dilatihnya bersama Kam Han Ki dan Maya di Pulau Es, sehingga dari kedua tangannya menyambar hawa dingin sekali yang menyambut hawa pukulan Dailuba.
“Wussshhhh…. desss!” Mereka berdiri berhadapan dengan kedua tangan dilonjorkan, jarak antara kedua pasang tangan itu ada dua kaki, akan tetapi mereka merasa seolah-olah telapak tangan mereka bertemu.
Tubuh Dailuba bergoyang-goyang, kemudian menggigil kedinginan dan tiba-tiba Siauw Bwee mencelat ke atas sambil menarik kedua lengannya dan….
Tubuh Dailuba terbawa oleh dorongannya sendiri ketika dia mengerahkan seluruh tenaganya, jatuh menelungkup!
Kalau Siauw Bwee menghendaki, di saat itu tentu saja dia dapat memukul kepala lawannya dari atas, akan tetapi untuk membuktikan kemenangannya.
Dia hanya merenggut penutup kepala lawannya dan meloncat turun dengan ringan di belakang Dailuba.
Panglima tinggi besar ini terengah-engah, tubuhnya masih terguncang dan menggigil, kemudian melompat bangun dan memutar tubuh.
Dengan mata terbelalak memandang Siauw Bwee yang tersenyum sambil memegangi topi yang tadi berada di atas kepalanya.
“Terimalah kembali penutup kepalamu!” Siauw Bwee berkata sambil melontarkan benda terbuat dari kain itu ke arah Dailuba.
Orang tinggi besar itu menyambar topi dengan tangannya, akan tetapi…. “wushhhh!”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader