BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Yang mampu menghindarkan diri dari serangan ini. Bahkan Koksu sendiri menjadi terkejut dan menyesal mengapa panglimanya itu hendak membunuh gadis yang demikian lihai.
Namun dia dapat mengerti akan kemarahan Dailuba dan memandang penuh perhatian. “Mampuslah! Wuushhh…. siuuutt!” Bentakan Dailuba disusul angin sambaran kedua tangannya.
“Haaaiiittt…. yyaaaahhhh!” Pek-mau Seng-jin sendiri sampai terbelalak kagum menyaksikan gerakan Siauw Bwee yang asing baginya.
Kedua kaki dara itu bergerak dengan cepat dan aneh, indah sekali seolah-olah kedua kaki dara itu menjadi roda, bergeser ke sana-sini dengan lincah dan ringan.
Namun tepat sekali sehingga dua pukulan maut itu sama sekali tidak mengenai sasaran. Padahal dua pukulan itu sukar sekali dielakkan.
Dan Koksu sendiri maklum bahwa jalan satu-satunya menghadapi dua pukulan maut itu hanya menangkis dengan pengerahan sin-kang.
Betapa mungkin gadis itu dapat mengelak tanpa meloncat pergi, hanya mengegos ke sana-sini seolah-olah pukulan itu merupakan pukulan biasa yang dipandang rendah saja?
Juga panglima tinggi besar itu terkejut, namun rasa marah dan penasaran melampaui kekagetannya dan kemarahan membuat dia tidak mau melihat kenyataan.
Tidak menyadarkannya bahwa sesungguhnya dia menghadapi seorang lawan yang jauh lebih berbahaya daripada Coa Leng Bu.
Bahkan lebih berbahaya daripada semua lawan yang pernah ia hadapi sebelumnya! Kemarahan dan penasaran membuat dia menerjang lagi dengan gerakan cepat dan lebih kuat.
Menggerakkan kedua tangannya menyerang bertubi-tubi dan setiap pukulan, tamparan, atau totokandia tujukan ke arah bagian-bagian yang mematikan!
Siauw Bwee bukan tidak tahu akan hal ini. Dia maklum bahwa lawannya sengaja mengirim pukulan-pukulan maut karena kemarahannya.
Dan hal ini membuat dia ingin menalukkan orang-orang itu dengan memperlihatkan kepandaiannya. Dia pun bukan seorang gadis bodoh yang hanya menuruti nafsu amarah.
Dia mengenal Pek-mau Seng-jin sebagai seorang Koksu Negara Yucen, dan sudah mendengar bahwa bangsa Yucen pada waktu itu merupakan bangsa yang besar dan kuat.
Dia dapat menduga bahwa orang tinggi besar ini tentu bukan orang sembarangan pula, melainkan seorang yang berkedudukan tinggi di Kerajaan Yucen.
Mengingat bahwa mereka yang tadi berhadapan dengan Coa Leng Bu bersikap gagah dan tidak bermaksud membunuh supeknya itu.
Maka kini dia pun hanya ingin mencari kemenangan dan segera pergi bersama supeknya melanjutkan perjalanan ke selatan, terutama sekali untuk menyusul suhengnya, Kam Han Ki.
Kini melihat betapa lawannya menerjang dengan hebat, Siauw Bwee terus menggunakan ilmu gerak langkah kilat yang ia pelajari dahulu dari kaum lengan buntung.
Mengelak ke sana-sini sehingga tubuhnya berkelebatan ke kanan kiri menyelinap di antara pukulan-pukulan itu.
Makin lama, Dailuba menjadi makin penasaran dan memukul makin cepat. Tidak mungkin ada orang hanya main mengelak saja dari hujan pukulannya.
Padahal baru sambaran angin pukulannya saja sudah cukup untuk merobohkan lawan. Namun, pandang matanya sampai berkunang ketika lewat tiga puluh jurus dia menyerang.
Gadis itu hanya main elak saja dan tak sebuah pun dari pukulan-pukulannya dapat menyentuh…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader