BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Raja Yucen! Dia sudah melompat maju menghadapi Siauw Bwee. Dara ini maklum bahwa tanpa memperlihatkan kepandaian, mereka tidak akan mau mundur begitu saja.
Maka dia melepaskan tangan Leng Bu dan menghampiri Dailuba. “Kaukira aku takut kepadamu?” bentaknya. Dailuba tersenyum mengejek.
Gadis ini hanyalah murid keponakan Leng Bu. Sedangkan Coa Leng Bu sendiri tidak mampu mengalahkannya, apalagi murid keponakannya yang hanya seorang dara muda?
“Nona, aku harus mengaku bahwa aku kagum sekali menyaksikan keberanianmu. Akan tetapi, engkau bukanlah lawan kami.
“Dan sesungguhnya aku sendiri merasa malu kalau harus bertanding melawan seorang bocah perempuan seperti Nona.
Sedangkan supekmu sendiri yang cukup lihai tidak mampu mengalahkan aku, bagaimana engkau berani menghadapi aku?”
“Tidak perlu banyak cerewet. Kalau kau berani, majulah!” Siauw Bwee menantang. Dailuba menjadi marah.
Akan tetapi dia adalah seorang panglima besar, tentu saja dia dapat menahan diri dan tidak mau menuruti nafsu amarah.
Maka sambil tersenyum dia berkata, “Baiklah kalau begitu. Seorang anak bandel seperti engkau ini tentu belum mau mengerti kalau belum mengenal kelihaianku.
Nah, kaujagalah sentuhan ini!” Sambil berkata demikian, Dailuba menampar pundak Siauw Bwee dan hanya mempergunakan seperempat bagian tenaganya saja.
Itu pun ia lakukan dengan hati-hati dan perlahan karena khawatir kalau-kalau tulang pundak nona ini akan remuk terkena tamparannya!
Siauw Bwee menjadi makin marah. Dia tentu saja tahu bahwa lawannya ini tidak sungguh-sungguh menyerangnya.
Dan hal ini selain dianggap sebagai sikap memandang rendah, juga merupakan penghinaan! Cepat sekali tangannya bergerak dan tahu-tahu Dailuba berteriak kaget.
Ketika kedua pundak dan kedua lututnya telah kena ditotok oleh jari tangan dan ujung sepatu nona itu sehingga kedua pasang kaki tangannya menjadi lumpuh dan di saat selanjutnya.
Tubuhnya sudah dilemparkan oleh dara itu dengan menyambar tengannya! Tembok warung itu bobol kena bentur tubuhnya.
Akan tetapi tubuh yang kuat itu tidak terluka dan begitu dia terbanting, totokan-totokan itu telah punah dan Si Tinggi Besar telah meloncat bangun.
Merah sekali mukanya dan matanya menjadi merah saking marah. Dia telah dihina di depan Koksu dan para rekannya!
“Keparat! Tak tahu orang mengalah!” bentaknya sambil menubruk maju. “Siapa minta kau mengalah! Keluarkan semua kepandaianmu!” Siauw Bwee tersenyum mengejek.
Perasaan malu membuat Dailuba lupa diri dan memuncak kemarahannya. Belum pernah selamanya dia menerima penghinaan seperti itu, apalagi dilakukan oleh seorang gadis muda di depan Koksu!
Dia adalah orang kepercayaan dan tangan kanan Koksu, dan semua panglima tunduk kepadanya! Mana mungkin dia menerima saja dipermainkan seorang gadis begitu saja?
Maka begitu ia menubruk maju, dia memukul dengan pengerahan tenaga sekuatnya, tangan kiri menghantam ubun-ubun kepala dan tangan kanan menyodok ke arah pusar.
Kedua tangannya melancarkan pukulan maut dan jarang ada lawan tangguh…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader