Kho Ping Hoo Istana Pulau Es (Bab 526), Siauw Bwee Kaget Diserang dengan Pedang
BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Perahu dipimpin oleh seorang perwira yang kelihatan lihai. “Supek, cepat dorong balok ke seberang, biar aku yang menahan mereka,” kata Siauw Bwee.
Dia menyelipkan pedang rampasannya di pinggang, kemudian kedua tangannya sibuk mencabuti anak-anak panah yang menancap di atas balok, ada puluhan batang banyaknya.
Coa Leng Bu mengerti bahwa murid keponakannya ini memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi daripadanya.
Maka dia mengangguk dan cepat mengerahkan tenaga sin-kang ke kaki mendorong balok itu dengan tekanan kuat.
Kemudian malah berjongkok dan membantu dengan kedua tangannya yang dipergunakan sebagai dayung.
Balok itu meluncur cepat sekali menuju ke seberang yang hanya tampak gelap menghitam di malam itu. “Wir-wir-wirrr….!”
Siauw Bwee kini melontarkan anak-anak panah itu dengan kedua tangannya, menyerang ke arah perahu-perahu musuh yang meluncur dari kanan kiri.
Terdengar teriakan-teriakan dari atas perahu-perahu itu ketika anak-anak panah yang dilontarkan namun kecepatannya tidak kalah oleh luncuran anak panah yang terlepas dari gendewa itu.
Membuat beberapa orang tentara Mancu terjungkal. Tiba-tiba dari atas sebuah perahu yang datang dari kanan, terdengar suara berdesing nyaring.
Siauw Bwee terkejut melihat menyambarnya beberapa batang anak panah. Ia maklum bahwa anak-anak panah itu dilepaskan oleh orang yang memiliki tenaga kuat, maka ia berseru.
“Coa-supek, awas anak panah!” Dengan pedangnya dia sudah menangkis, akan tetapi sebatang anak panah melesat dan kalau saja Coa Leng Bu tidak cepat miringkan tubuh.
Tentu punggungnya sudah menjadi sasaran. Betapapun juga, anak panah yang amat cepat dan kuat luncurannya itu masih mengenai pundak kanannya.
Menancap di bawah tulang pundak dari belakang sampai menembus ke depan! Coa Leng Bu tidak mengaduh, hanya menggigit bibir dan melanjutkan pekerjaannya menyeberangkan balok.
Siauw Bwee marah sekali. Tangan kirinya yang menggenggam lima batang anak panah, dia gerakkan dan lima batang anak panah itu melayang ke arah perahu dari mana datangnya anak-anak panah yang cepat tadi.
“Trak-trakk!” Siauw Bwee melihat betapa lima batang anak panahnya runtuh dan lenyap ke dalam air. Tak lama kemudian dari atas perahu yang sudah mendekat itu.
Tampak berkelebat bayangan yang meloncat ke arah balok. Karena keadaan gelap, Siauw Bwee hanya melihat tubuh yang langsing dari orang itu.
Seorang wanita, pikirnya heran dan kagum. Gerakan wanita itu benar-benar hebat, seperti seekor burung terbang saja.
Akan tetapi yang mengejutkan hati Siauw Bwee adalah pedang di tangan orang itu karena pedang ini mengeluarkan cahaya kilat yang hebat, juga membawa hawa yang mengerikan hati.
Tentu seorang Panglima Mancu, pikir Siauw Bwee dengan kaget dan heran karena tidak diduganya bahwa yang melepas anak panah tadi dan yang kini melayang ke arah mereka adalah seorang wanita.
Namun dia tidak sempat terheran terlalu lama karena tubuh orang yang menyambar dari perahu itu telah berjungkir-balik di udara.
Dan kini menyerangnya dengan pedang yang bersinar kilat dengan tusukan ke arah lehernya! Siauw Bwee maklum bahwa selain pedang itu amat ampuh, juga tenaga…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader