BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dan tiba-tiba dorongan tangannya dari atas memisahkan tenaga dua orang yang sedang saling dorong, bahkan tubuh mereka terjengkang ke belakang.
Coa Leng Bu yang maklum bahwa dara sakti itu hendak menggantikannya, dan tahu bahwa dia bukanlah lawan pendeta jubah hitam.
Segera muhdur sedangkan Siauw Bwee dengan sikap tenang menghadapi Pat-jiu Sin-kauw yang sudah meloncat lagi memperbaiki posisinya.
Kakek ini memandang Siauw Bwee dengan mata terbelalak penuh kemarahan, lalu menegur, “Kawanmu belum kalah, engkau sudah datang mengeroyok.
Aturan mana ini?” Siauw Bwee tersenyum mengejek. “Biarpun belum kaurobohkan, lawan mu Supekku sudah mengaku kalah.
Apakah kau belum puas kalau belum melukai atau membunuh? Anggap saja dia mengalah kepadamu dan marilah kita main-main sebentar kalau memang kau ingin memamerkan kepandaianmu!”
Pat-jiu Sin-kauw adalah seorang yang berilmu tinggi. Di depan orang banyak tentu saja dia merasa direndahkan kalau harus melawan seorang dara remaja, maka ia membentak nyaring.
“Kalau supekmu saja sudah kalah olehku, apalagi engkau keponakan muridnya. Apakah engkau gila hendak lawan ku?” Siauw Bwee menoleh ke arah Bu-koksu dan berkata nyaring.
“Koksu, begini sajakah jago-jagomu? Kalau memang takut melawan aku, mengapa mesti berpura-pura segala? Jagomu ini tidak berani melawanku, harap Koksu suka mengeluarkan jago yang lebih berani!”
Ejekan ini benar-benar hebat, membuat muka Pat-jiu Sin-kauw menjadi marah. Sebenarnya dia tidak takut, hanya merasa segan dan direndahkan kalau harus melawan seorang gadis remaja.
Mukanya menjadi makin merah lagi dan matanya terbelalak marah ketika terdengar suara Bu-koksu, “Pat-jiu Sin-kauw, apakah engkau takut menghadapi anak perempuan itu?”
Ucapan koksu ini disambut suara kekeh tawa di sana-sini. “Bocah setan, engkau sudah bosan hidup! Sambutlah ini!”
Dengan gerakan cepat sekali Pat-jiu Sin-kauw menggerakkan tangannya menampar ke arah kepala Siauw Bwee. Dia memandang rendah sehingga tidak menggunakan Thai-lek-kang.
Hanya menampar dengan sembarangan saja, namun sambil mengerahkan sin-kang. “Plakkk!” Tangan yang besar itu tertangkis oleh tangan yang kecll mungil.
Dan akibatnya…. tubuh Pat-jiu Sin-kauw terpelanting! Semua orang berseru kaget, akan tetapi tidak lebih keras dari seruan Pat-jiu Sin-kauw sendiri.
Ia cepat meloncat dan mukanya menjadi pucat saking marahnya, diam-diam ia menyalahkan diri sendiri yang memandang ringan dara ini.
Sambil berteriak keras ia kini menyerang lagi dengan Ilmu Soan-hong-sin-ciang. Tubuhnya berputaran seperti gasing, membawa angin yang menyambar dan dari bayangan tubuh yang berputaran itu.
Kedua tangannya meluncur keluar dan memukul dengan pengerahan tenaga Thai-lek-kang! Inilah serangan yang amat hebat dan yang tadi membuat Coa Leng Bu kewalahan.
Dengan mengeluarkan dua ilmu ini sekaligus berarti Pat-jiu Sin-kauw sudah marah sekali dan bermaksud membunuh dara itu.
Semua orang memandang terbelalak, demikian pula Bu-koksu karena …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader