BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Jahanam bermulut kotor!” Yan Hwa kembali memaki sambil acungkan pedang nya, “Engkau sendiri anjing penjilat bangsa Yucen….” “Buka matamu lebar-lebar!” Han Ki memotong.
“Apakah pakaianku seperti perajurit? Tidak, aku tidak membantu pasukan Yucen, akan tetapi aku memusuhi orang-orang Mancu. Tanpa ada pasukan Yucen sekalipun aku akan mengamuk dan membunuhi orang-orang Mancu.
Sekarang tidak usah banyak cakap, biarlah aku mewakili guru kalian untuk memberi hajaran kepada kalian bocah-bocah murtad!”
“Sombong!” Ji Kun sudah menerjang lagi dibarengi oleh sumoinya. Pedang mereka berdesing dan mendatangkan angin, berkilauan dan bergulung-gulung sinarnya.
Namun dengan mudah Han Ki mengelak dari sambaran dua gulungan sinar itu dan balas menyerang. Para perajurit kedua pihak yang bertempur di dekat tempat itu.
Otomatis menghentikan pertandingan mereka dan mundur di belakang “jago” masing-masing karena mereka tertarik sekali menonton pertandingan luar biasa yang menegangkan hati itu.
Mereka tidak melihat bayangan tiga orang yang sedang bertanding, yang tampak hanyalah gulungan sinar pedang yang saling membelit, dan kadang-kadang tampak bayangan tiga orang itu menjadi banyak sekali saking cepatnya gerakan mereka.
Tadi, ketika kedua orang muda itu mengaku sebagai murid-murid Mutiara Hitam, Han Ki masih belum mau percaya begitu saja.
Akan tetapi setelah dia menghadapi mereka dalam pertandingan selama lima puluh jurus, barulah ia merasa yakin bahwa memang kedua orang ini adalah murid piauw-cinya.
Yang membuat dia tidak percaya adalah sikap mereka dan kenyataan bahwa mereka menjadi Panglima-panglima Mancu. Kalau benar murid piauw-cinya, tidak mungkin menjadi perwira Mancu.
Apalagi mereka memiliki sepasang pedang yang pantasnya hanya berada di tangan tokoh-tokoh kaum sesat, sepasang pedang yang mengeluarkan hawa busuk dan jahat!
Melihat permainan ilmu pedang mereka yang masih jelas mengandung dasar Ilmu Pedang Siang-bhok-kiam bercampur dengan gerakan lain, dengan tenaga sin-kang yang amat kuat.
Dia tidak ragu-ragu lagi dan tentu saja dia tidak ingin membunuh dua orang murid piauw-cinya ini. “Kalian murid-murid murtad!”
Kam Han Ki berseru keras dan ketika ia menangkis pedang Yan Hwa dan mengelak dari tusukan Ji Kun, dia sengaja melangkah mundur, menurunkan pedang dan “membuka” pertahanan bagian atas.
Kesempatan yang hanya sedetik ini tentu saja dapat dilihat dan dimanfaatkan oleh kedua orang murid Mutiara Hitam yang lihai.
Seperti dikomando saja, pedang di tangan mereka dengan gerak kilat membacok dari atas merupakan sambaran sinar kilat!
Tadi, setiap kali ia menangkis, Han Ki merasa betapa pedangnya melekat di pedang lawan. Namun berkat sin-kangnya yang kuat sekali, selain dia dapat melepaskan pedangnya dari tempelan.
Juga kedua orang lawan yang kaget menyaksikan kesaktian lawan dan kekuatan sin-kang yang amat luar biasa, selalu menarik kembali senjatanya dan tidak mau mengadu tenaga sin-kang.
Kini, melihat pancingannya berhasil, Han Ki cepat mengangkat pedang ke atas, menangkis sambil mengerahkan tenaga sin-kang…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader