BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tinggi, biarpun tidak berkaki dan hanya berlengan satu, namun tubuhnya dapat bergerak meloncat-loncat dengan tekanan tangannya ke atas tanah.
Akan tetapi sayang, karena keadaan tubuhnya seperti itu dan mengandung penyakit berat pula, tentu saja kakek ini bukan lawan kaum kaki buntung dan lengan buntung yang saling bermusuhan itu.
Pada keesokan harinya, di depan kuil tua yang dimaksudkan, telah berkumpul seluruh anggauta kaum kaki buntung berjumlah tiga puluh enam orang dan kaum lengan buntung sebanyak tiga puluh orang.
Mereka dipimpin oleh ketua masing-masing, yaitu Liong Ki Bok si kaki buntung dan The Bian Le si lengan buntung.
Seperti biasa setiap tahun masing-masing pihak mengajukan lima orang jago untuk diadu sampai mati! Pihak yang lebih banyak jumlahnya menang dianggap pemenang dan pibu akan dilanjutkan tahun depan.
Akan tetapi adakalanya pertempuran terjadi dengan hebat sehingga semua anggauta saling serang merupakan perang kecil yang akan merobohkan banyak korban di kedua pihak.
Kedua pihak telah mengajukan lima orang jago, termasuk ketua masing-masing. Akan tetapi, sebelum pertandingan dimulai, berkelebatlah bayangan orang dan Siauw Bwee telah meloncat ke tengah-tengah antara mereka!
Dara ini datang bersama Lu Gak akan tetapi kakek itu hanya menonton dari tempat tersembunyi di balik sebuah batu besar.
Dia tidak mau memperlihatkan diri, khawatir kalau-kalau kemunculannya akan mengganggu tugas Siauw Bwee yang bagi kakek ini amatlah penting, merupakan tugas hidupnya!
Melihat munculnya Siauw Bwee, yang amat dikenal oleh kedua pihak itu menjadi terkejut dan marah.
“Bocah pengecut!” Bentak Liong Ki Bok yang merasa tertipu karena tadinya ia merasa menyesal telah “membunuh”
Gadis ini dan yang ternyata kemudian sama sekali tidak mati malah membikin kacau anak buahnya. Tadi ketika dalam pertemuan ini orang she Liong itu tidak melihat Cia Cen Thok.
Yang ternyata selama bertahun-tahun itupun tidak mati, hatinya sudah menjadi lega. Siapa tahu sekarang dara yang ilmunya tinggi itu berada di situ!
“Mau apa engkau bocah?” bentak The Bian Lee dan kedua orang ketua kaum buntung itu agak lega hatinya karena teguran-teguran mereka ini jelas membuktikan bahwa dara lihai itu tidak berpihak kepada siapapun.
Siauw Bwee memandang kedua orang ketua itu berganti-ganti, kemudian berkata dengan senyum mengejek dan suara bernada dingin,
“Kalian ini orang-orang tua, sudah bercacad tubuhnya akan tetapi masih selalu dikuasai nafsu mendendam yang membikin kalian seperti hidup di neraka dan selalu, haus darah dan kejam!
Lupakah kalian bahwa sebenarnya kalian ini adalah keturunan saudara-saudara seperguruan dan kepandaian kalian berasal dari satu sumber? Mengapa permusuhan yang gila ini masih juga dilanjutkan?”
“Eh, bocah setan. Mau apa engkau mencampuri urusan kedua kaum yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan dirimu?” bentak Liong Ki Bok.
“Pergilah! Kami tidak mempunyai urusan denganmu!” bentak pula The Bian Le……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader