BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Agaknya begitulah,” jawab yang laki-laki suaranya parau dan dalam. “Manusia di mana-mana sama saja, sekali diberi kesempatan, lalu berlumba saling membunuh.”
Keduanya sudah akan melangkah pergi lagi ketika tiba-tiba terdengar rintihan yang keluar dari tumpukan mayat. “Ha! Seorang anak perempuan!” seru mereka, tanpa sadar kalau itu anak Raja dan Ratu Khitan.
Laki-laki itu berkata dan matanya mengeluarkan sinar aneh, kedua tangannya bergerak mendorong ke depan.
Angin yang kuat menyambar ke arah tumpukan mayat dan…. sebagian mayat yang bertumpuk di atas terlempar seperti daun-daun kering tertiup angin.
Tampaklah kini seorang anak perempuan yang merintih tadi bangun dan berusaha melepaskan diri dari himpitan mayat-mayat. Anak ini adalah Maya yang tadi pingsan kemudian tubuhnya tertindih banyak mayat!
“Aihh! Anak siapa ini?” Wanita itu meloncat maju mendahului Si Laki-laki, gerakannya cepat sekali seperti terbang dan sekali sambar ia telah mencengkeram punggung baju Maya dengan tangan kiri dan mengangkat tubuh Maya ke atas sambil dipandangnya penuh perhatian.
Lagak wanita itu seperti seorang wanita sedang memeriksa seekor kepiting yang hendak dibelinya di pasar! “Haiii! Kesinikan anak itu! Dia milikku karena akulah yang menemukannya, ,aku yang pertama membongkar tumpukan mayat yang menimbunnya!”
Laki-laki itu berseru, melangkah maju. “Tidak!” Wanita itu memondong Maya dan meloncat menjauhi. “Aku yang lebih dulu mengambilnya.
Anak ini hebat….!” ia mengelus pipi, memeriksa mata, rambut dan mulut Maya. “Anak hebat….! Ah, manis, siapakah namamu?” tanyanya dalam bahasa Han.
Biarpun dia seorang puteri Khitan, namun sejak kecil ia diajar bahasa Han di samping bahasa Khitan, maka Maya lalu menjawab.
“Namaku Maya. Kalian siapakah?” Anak ini lupa akan kesengsaraannya karena heran menyaksikan dua orang aneh yang tadi bicara dalam bahsa yang tak dimengertinya, juga yang mempunyai wajah asing, hidung panjang dan pakaian yang aneh pula.
“Maya? Bagus sekali! Nama yang bagus sekali!” Wanita itu berseru girang dan menciumi kedua pipi Maya. Anak itu mencium bau kembang yang aneh, wangi namun memuakkan baginya.
Akan tetapi dia tidak melawan dan membiarkan mukanya dihujani ciuman oleh wanita itu. “Kau cocok denganku! Hebat!
Engkau tentu suka menjadi kekasihku bukan? Maya, engkau tentu anak Khitan!” Wanita itu kini menggunakan bahasa Khitan dan Maya menjawab dalam bahasa itu juga, suaranya berubah girang.
“Benar, aku adalah Puteri Maya, puteri…. Raja dan Ratu Khitan!” “Apa….?” Laki-laki itu meloncat maju.
“Puteri Khitan? Hayo, Dewi, berikan padaku anak itu. Aku yang berhak! Dia berdarah raja, dan tampaknya dia memang memiliki darah murni. Berikan!”
“Tidak!” Wanita itu memondong Maya dengan lengan kiri sedangkan tangan kanannya mengepal tinju, mukanya merah menentang dan matanya bersinar-sinar merah kepada laki-laki berkulit hitam itu.
“Mahendra! Belum puaskan engkau dengan darah beberapa orang anak yang telah kauhisap habis? Engkau penghisap darah anak yang tiada puasnya! Tidak, anak ini adalah milikku. Engkau tidak boleh mengganggu Maya….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader