BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Kau sudah melanggar wilayah kami, masih pura-pura bodoh ataukah memang engkau ini bodoh melebihi kerbau?”
“Kalian sungguh tidak memandang aku Si Garuda Terbang!” bentak Hok Sun dan ia sudah menerjang Si Kaki Buntung yang kasar.
Dari tempat persembunyiannya, Siauw Bwee mendapat kenyataan bahwa julukan si kasar itu bukanlah kosong belaka.
Gerakannya tangkas penuh tenaga dan terjangannya memang seperti seekor garuda terbang, menyerang lawan dari atas.
Dan memang orang kasar berjuluk garuda tebang ini adalah seorang murid pertapa di Go-bi-san yang lihai, wataknya kasar, dogol dan jujur, akan tetapi ilmu kepandaiannya juga tinggi.
Menghadapi serangan ini, Si Kaki Buntung yang juga sama kasarnya itu cepat menangkis dengan lengan kiri ke arah kaki Hok Sun yang menendang sedangkan tongkatnya sudah menotok ke arah leher.
Namun Hok Sun benar-benar memiliki gin-kang yang hebat. Biarpun tubuhnya masih terapung di udara dan sekaligus lawannya menangkis sambil menyerang, namun dia tidak menjadi gugup.
Tubuhnya sudah berjungkir balik dan dengan gerakan tangkas dia telah berhasil menangkap ujung tongkat yang menotok lehernya.
Kemudian sambil meluncur turun ia mengerahkan tenaganya menarik sehingga lawannya roboh tersungkur!
“Hemm, manusia bandel!” Kakek yang menjadi pimpinan rombongan sudah mencelat ke depan. Siauw Bwee yang menyaksikan kecepatan gerakan kakek itu menjadi kagum.
Memang hebat sekali gerakannya, dan sekaligus, kakek buntung ini menggerakkan kedua lengannya, jari-jari tangannya sudah mengirim serangan totokan bertubi-tubi dengan kecepatan yang membingungkan Hok Sun.
Biarpun murid dari Go-bi-san ini berusaha menangkis dan mengelak namun ia kalah cepat, apalagi memang gerakan kedua tangan kakek.
Yang menyerang sambil mengempit tongkatnya itu luar biasa anehnya sehingga tahu-tahu Hok Sun sudah tertotok dan roboh tak dapat berkutik lagi!
“Curang! Kalian manusia-manusia curang. Main keroyokan!” Liem Hok Sun berteriak-teriak, akan tetapi rombongan itu tidak mempedulikan.
Dia digotong seperti seekor celeng (babi hutan) yang meraung-raung, dibawa pergi dari tempat itu.
Ada yang menarik dalam gerak-gerik para orang buntung itu dan yang membuat Siauw Bwee menahan keinginan hatinya untuk menolong si manusia kasar Hok Sun.
Sikap para orang buntung itu bukan seperti sikap orang-orang jahat yang kejam melainkan seperti sikap anak buah perkumpulan yang berdisiplin.
Pula, dia tertarik menyaksikan gerak tangan kakek buntung tadi, gerak silat yang amat aneh sehingga ingin dia lebih banyak mengetahui tentang orang-orang ini sebelum menolong Si Garuda Terbang.
Maka ia tidak tergesa-gesa menolongnya, melainkan mengikuti rombongan yang menggotong tubuh Hok Sun itu dari jauh.
Mereka menyeberangi hutan yang besar dan lebat sekali, kemudian memasuki hutan kecil yang menyambung hutan itu di kaki bukit.
Di tengah hutan kecil itu terdapat bangunan yang bentuknya aneh sekali. Hanya ada sebuah, tidak terlalu besar dan dari jauh kelihatan seperti bukit gundul setengah bundar.
Ke arah bangunan inilah rombongan itu membawa Hok Sun. Siauw Bwee mengintai penuh perhatian, melihat betapa rombongan orang itu mendekati bangunan aneh….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader